Mengulik Menu Makanaan Rumahan yang Disepelekan Nilai Gizinya
Kelompok 4 - Kelas XI J
Ayu Atikah A (07)
Nadhif Latifa (24)
Ramzy Reyjun (29)
Shela Novita T.S (34)
Mengapa generasi semakin maju tapi minat terhadap makanan rumahan semakin menurun? Makan menjadi kebutuhan pokok setiap manusia. Tanpa makan, manusia tidak akan bisa bertahan hidup lama karena sejatinya seluruh manusia di muka bumi ini membutuhkan makanan sebagai sumber energi untuk beraktivitas, melakukan pekerjaan setiap hari, dan juga sebagai metabolisme tubuh. Makanan dianggap sangat penting karena makanan dapat diubah menjadi energi untuk manusia melakukan aktivitas. Tetapi, kebanyakan orang bosan dengan menu makanan yang itu itu saja, apalagi menu makanan rumahan yang terbilang sederhana dan kerap kali disepelekan nilai gizinya.
Menu makanan rumahan yang kerap disepelekan nilai gizinya ini tidak lain karena kurangnya pengetahuan orang-orang mengenai nilai gizi suatu makanan, terlebih lagi pada era sekarang yang semakin berkembangnya menu-menu makanan yang sebenarnya tidak memiliki nilai gizi yang tinggi dan mengandung banyak zat yang tidak sehat bagi tubuh tetapi tinggi peminat apalagi anak muda.
Seiring berkembangnya tren makanan, sering kali muncul makanan dengan kandungan tinggi gula tambahan, garam, lemak trans, dan bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan. Padahal, banyak makanan rumahan yang memiliki segudang nilai gizi yang baik untuk tubuh dan juga memiliki rasa yang tidak kalah enak. Makanan rumahan yang memiliki gizi yang tinggi contohnya tempe dan tahu.
Tempe dan tahu merupakan contoh sederhana dari makanan yang memiliki protein dan nilai gizi yang tinggi dan tentunya tidak kalah enak dengan makanan-makanan luar. Tetapi, sering kali disepelekan oleh banyak orang terutama generasi muda. Seperti pada website https://www.bps.go.id (15/08/2023) menyebutkan bahwa, “Rata-rata konsumsi per kapita seminggu makanan yang mengandung protein di tahun 2022 akhir yaitu ikan dan udang segar sebanyak 0,367 kg sedangkan tahu sebanyak 0,148 kg dan tempe sebanyak 0,140 kg.” Yang artinya jumlah ikan dan udang yang dikonsumsi lebih banyak dibanding tahu dan tempe. Padahal, tempe goreng menduduki peringkat ke-4 sepenjuru dunia sebagai makanan vegan terenak dengan nilai 4,5 dari 5 yang artinya sangat enak.
Dikutip dari website https://www.tasteatlas.com (15/08//2023), “Tempe goreng berada di posisi ke-4 setelah Zeyton Pavardeh (Iran), Guacamole (Meksiko) dan Mpuhammara (Siria).” Lalu, mengapa masyarakat di Indonesia khususnya generasi muda memiliki minat yang kurang terhadap tempe padahal populer di luar negeri dan pastinya memiliki nila gizi yang tinggi? Selain karena kurangnya pengetahuan mengenai nilai gizi yang terkandung, pengaruh budaya luar yang mempengaruhi selera makan masyarakat juga menjadi salah satu alasan mengapa makanan rumahan ini sering disepelekan.
Sama halnya seperti tempe, tahu juga kurang diminati oleh masyarakat khususnya pada generasi muda. Padahal, tahu juga memiliki segudang nilai gizi tetapi jarang orang perhatikan. Meski dilihat dari segi kandungan protein, tempe memang memiliki kandungan yang lebih tinggi daripada tahu. Dilansir dari jurnal Litbang Depkes, “Jumlah protein tahu banyak berkurang akibat proses pembuatannya.”
Namun, dari data Reseach Study yang dibuat oleh Rahmad Wahyudi dan kawan-kawannya disebutkan bahwa, “Kandungan asam amino dari tahu merupakan yang paling lengkap daripada olahan kedelai lainnya dan memiliki kandungan protein nabati terbaik yang diyakini mudah diabsorpsi sehingga bisa menghasilkan energi tinggi sebesar 85%-98%.” Sangat disayangkan masyarakat khususnya generasi muda kurang mengetahui kandungan dan nilai gizi pada tahu, padahal dari segi teknologi sekarang sudah sangat berkembang dan yang pastinya mereka para anak muda lebih mudah mencari informasi tentang seberapa bagusnya nilai gizi pada makanan rumahan khususnya tahu dan tempe untuk tubuh.
Tidak hanya memiliki kandungan dan nilai gizi yang berlimpah , tempe dan tahu juga merupakan makanan rumahan yang harganya terbilang cukup murah. Alih-alih mengeluarkan banyak untuk membeli menu makanan diet yang mahal, tempe dan tahu dapat dijadikan menu diet yang tentu dapat divariasikan ke dalam beberapa masakan. Tempe dan tahu memiliki kandungan yang bagus untuk diet karena pada data Komposisi Pangan Indonesia dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, “Dalam 100 gr tempe dan tahu memiliki Kandungan gizi diantaranya Energi 150 kal, Protein 14 gr, Lemak 7,7 gr, Karbohidrat 9,1 gr, Serat 1,4 gr, Kalsium 517 mg, Natrium 7 mg, Fosfor 202 mg. Adapun kandungan gizi dalam 100 gr tahu: Energi 80 kal, Protein 10,9 gr, Lemak 4,7 gr, Karbohidrat 0,8 gr, Serat 0,1 gr, Kalsium 223 mg, Natrium 2 mg, Fosfor 183 mg."
Tempe dan tahu memiliki kandungan gizi yang tinggi dan baik untuk diet namun jika kita salah dalam mengolahnya maka akan mengurangi banyak kandungan nilai gizi yang terkandung. Dikutip dari situs https://media.neliti.com (21/08/2023), “Terjadi penurunan kadar protein pada semua bahan pangan yang direbus maupun yang digoreng tetapi pada bahan pangan yang digoreng penurunan kandungan protein lebih besar dibandingkan dengan bahan pangan segarnya.” Penggunaan minyak goreng yang berlebihan dalam menggoreng juga salah satu penyebab berkurangnya nilai gizi. Maka dari itu cara memasak yang baik untuk menjaga nilai gizi adalah dengan menggoreng, merebus, mengukus, atau memanggang dengan waktu yang tidak terlalu lama. Cara ini dapat mengurangi kandungan lemak dan kalori, mempertahankan kandungan protein, serat, dan isoflavone pada tempe dan tahu.
Nah, dari data diatas maka penting bagi masyarakat terutama generasi muda untuk lebih memperhatikan pentingnya nilai gizi dari makanan yang mereka konsumsi dan tak hanya memprioritaskan rasanya yang enak saja. Banyak makanan yang terasa enak namun nilai gizinya belum tentu terjamin. Makanan yang sehat dan bergizi tidak harus yang mahal, tidak sedikit makanan rumahan yang disepelekan banyak orang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Populer dan tingkat keminatan sesuatu diluar negeri belum tentu sama dengan yang ada di dalam negeri, contohnya seperti makanan. Banyak alasan yang melatar belakangi hal tersebut salah satunya rasa bosan terhadap makanan rumahan.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa mengolah makanan rumahan dengan inovasi terbaru tanpa merusak atau menghilangkan banyak nilai gizi dapat dijadikan cara alternatif agar makanan rumahan tersebut dapat menarik perhatian banyak orang khususnya bagi generasi muda. Tetapi, tetap diingat bahwa tidak hanya dari bahan makanan saja yang dapat dinilai gizinya, terkadang cara memasak juga mempengaruhi nilai gizi dari makanan tersebut karena ada beberapa makanan rumahan yang sebenarnya memiliki nilai gizi yang tinggi tetapi menjadi berkurang karena cara memasak kita yang salah.