Teks Argumentasi - Percobaan pada Hewan Terus Berlangsung, Perlukah Ini Terus Dilakukan?

Percobaan pada Hewan Terus Berlangsung, Perlukah Ini Terus Dilakukan?


Oleh :

1. Kayla Agisca Hariardi (17)
2. Safira Naifah Desta Arta Putri (26)
3. Vania Inez Ardelia (33)
4. Zachwa Alisya Hendrawan (35)

Kelompok 1 - Kelas XI K


Keberlangsungan hidup umat manusia di muka bumi banyak memberikan dampak bagi makhluk lain. Dampak tersebut contohnya dalam bidang penelitian dan percobaan hewan untuk menguji kelayakan obat-obatan yang akan digunakan oleh manusia. Hewan diperlakukan sedemikian rupa agar uji coba berjalan dengan lancar dan tidak memberikan kerugian terhadap manusia. Akan tetapi, apakah hal ini akan terus berlangsung? Kemudian, bagaimanakah keberlangsungan hidup hewan yang menjadi uji coba ini untuk peradaban manusia di bumi? Percobaan pada hewan adalah hal yang mungkin sudah tidak asing lagi. Diperkirakan kurang lebih 50 juta hewan digunakan dalam percobaan setiap tahun di Amerika Serikat. Sayangnya, tidak ada angka akurat yang tersedia untuk menentukan dengan tepat berapa banyak hewan yang digunakan dalam eksperimen di Amerika Serikat atau di seluruh dunia.

Berdasarkan data tahunan dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), beberapa hewan yang sering digunakan untuk bahan percobaan yaitu kucing, anjing, hamster, babi, kelinci, primata, dan domba. Sering kali hewan-hewan tersebut dijadikan sebagai bahan percobaan di dalam laboratorium dengan tujuan khususnya di bidang kesehatan, misalnya untuk mengetahui keamanan obat-obatan yang akan dikonsumsi oleh manusia. Tidak terbayangkan betapa sakit dan sengsaranya hewan yang digunakan untuk uji coba laboratorium demi kepentingan dan kemajuan umat manusia. Oleh karena itu, seorang peneliti seharusnya memperlakukan dan memperhatikan mereka dengan baik sesuai dengan etika penelitian menggunakan hewan uji coba.

Sumber Gambar : cdn.idntimes.com


Hewan-hewan yang dijadikan eksperimen akan merasa ketakutan dan gelisah sehingga mengalami stres. Biasanya yang dilakukan hewan ketika stres adalah percobaan bunuh diri. Tidak jarang monyet memutilasi dirinya sendiri dan terus bersuara untuk menghindari kecemasannya, sedangkan anjing selalu mondar-mandir jika mereka merasa cemas. Dampak yang dialami hewan jika eksperimen terus dilakukan secara berulang, seperti hewan akan merasa gelisah, takut, dan menjadi stres hingga menyebabkan kematian.

Tidak hanya dibuat eksperimen, hewan-hewan tersebut juga menjadi korban dari penganiayaan staf yang tidak berpengalaman atau ceroboh. Kelalaian staf yang gagal dalam melakukan eksperimen mungkin membuat hewan tidak sengaja terbunuh. Selain itu, di dalam laboratorium masih ada banyak hewan yang terabaikan dan tidak terawat dengan baik. Hal tersebut melanggar kode etik penelitian menggunakan hewan yaitu tidak menghormati hewan sebagai makhluk hidup yang bernyawa (tidak sebagai benda mati). Meskipun demikian, sebenarnya ada hukuman atau denda untuk staf-staf yang lalai. Akan tetapi, hukuman tersebut biasanya dengan denda kecil dan dianggap sepele, lalu staf tidak merasa bersalah dan dibebaskan begitu saja.

Anjing sering kali diangkat dan sengaja dirusak organnya seperti jantung, paru-paru, atau ginjal untuk mempelajari bagaimana zat eksperimental dapat memengaruhi fungsi organ manusia, sedangkan kelinci dan tikus biasanya dicekoki dengan bahan kimia beracun untuk mengetahui reaksi yang akan terjadi. Berbagai eksperimen yang dilakukan di atas tadi memiliki banyak dampak yang memberikan efek samping bagi hewan yang digunakan dalam percobaan. Eksperimen tersebut dapat menyebabkan iritasi, kejang, gangguan pernapasan, pendarahan, kelainan organ, bahkan kematian. Berdasarkan beberapa sumber yang ada, eksperimen ini sangat merugikan bagi para hewan yang terlibat dalam proses uji coba ini. Dampak buruk dari eksperimen ini bagi lingkungan di sekitar kita yaitu salah satunya mengakibatkan polusi udara. Bau bangkai yang dihasilkan dari hewan yang sudah mati tersebut akan menghasilkan bau busuk yang akan mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Mungkin ada alternatif lain selain hewan yang bisa dicoba.

Seharusnya pemerintah dapat menggunakan alternatif eksperimen uji coba selain pada hewan. Apalagi di era ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang saat ini. Selain itu, jika dipikirkan secara logis, anatomi dan fisiologi yang dimiliki hewan yang digunakan sebagai eksperimen itu berbeda-beda dan tidak semuanya mirip dengan manusia. Bisa jadi terdapat keuntungan apabila diganti dengan menggunakan metode alternatif lain. Salah satunya dengan organ-on-chip yaitu chip 3D kecil yang dibuat dari sel manusia yang terlihat dan berfungsi seperti miniatur organ manusia. Organ-on-chip ini dipakai untuk menentukan bagaimana sistem manusia merespon berbagai obat atau bahan kimia juga untuk mengetahui dengan tepat apa yang terjadi selama infeksi atau penyakit. Dengan demikian, diharapkan para peneliti lebih mengembangkan eksperimen dengan teknologi canggih tanpa harus menggunakan hewan sebagai objeknya.

0 Post a Comment:

Posting Komentar