PUISI
Materi Bahasa Indonesia Kelas X Semester Genap
Kurikulum Merdeka Belajar
RINGKASAN MATERI
Puisi merupakan karya sastra
yang diciptakan untuk dibaca dengan penuh penghayatan. Puisi merupakan suatu
karya sastra tertulis di mana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang
penyair dengan mengggunakan bahasa yang indah. Puisi juga dapat didefinisikan
sebagai suatu karya sastra yang isinya mengandung ungkapan kata-kata bermakna
kiasan dan penyampaiannya disertai dengan rima, irama, larik, dan bait, dengan
gaya bahasa yang dipadatkan.
A. Mengidentifikasi Komponen Penting dalam
Puisi
Puisi merupakan
karya sastra berupa tuisan yang menggunakan kualitas estetika (keindahan
bahasa) sehingga berfokus pada bunyi, irama, dan penggunaan diksi. Puisi
ditulis menggunakan bahasa yang khas dan memuat pengalaman yang disusun secara
khas pula. Pengalaman batin yang
terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi makna dan
ditafsirkan secara estetik. Susunan kata dalam puisi relatif lebih padat
dibandingkan prosa. Puisi tidak memiliki pengaturan baris. Puisi juga tidak
selalu diawali huruf besar (kapital) dan diakhiri dengan tanda titik. Namun,
hal semacam ini dapat menentukan pemaknaan dari suatu puisi. Kehadiran
kata-kata dan ungkapan dalam puisi diperhitungkan dari berbagai segi, seperti
makna, citraan, rima, ritme, nada, rasa, dan jangkauan simboliknya.
Sebagai alat,
kata-kata dalam puisi hars bermutu sesuai gagasan yang ingin diutarakan peyair.
Di samping itu, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus mampu membangkitkan
tanggapan rasa pembaca atau pendengarnya. Kebebasan penyair untuk memperlakukan
bahasa sebagai bahan puisi dalam istilah kesusastraan dikenal sebagai lisentia poetica. Lisentia poetica merupakan
kewenangan penyair untuk mematuhi atau menyimpang dari norma ketatabahasaan.
Pematuhan dan penyimpangan ini harus mempertimbangkan tercapainya keindahaan
dari puisi tersebut.
1. Menentukan Suasana dalam Puisi
Puisi disusun dengan
bahasa yang indah dan padat makna. Sebagai suatu karya sastra, puisi tersusun
atas struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi adalah struktur
yang membangun puisi secara implisit atau tidak terlihat. Struktur batin
disebut juga hakikat puisi. Adapun struktur fisik adalah struktur yang
membangun puisi secara eksplisit, yaitu struktur yang terlihat melalui susunan
kata-katanya.
Struktur batin puisi
terdiri atas tema, suasana (rasa), nada, dan amanat. Suasana adalah perasaan
pembaca setelah membaca puisi atau menyimak pembacaan puisi termasuk puisi yang
telah dimusikalisasi. Misalnya, saat pembaca puisi membacakan puisi penuh
semangat, maka mendengarkan juga akan merasakan suasana yang sama. Dalam sebuah
puisi, pembaca dapat merasakan suasana puisi melalui pilihan kata (diksi) yang
digunakan penyair dalam puisi. Misalnya, saat membaca puisi yang menggambarkan
kondisi alam, pembaca akan merasa damai.
Bacalah puisi berikut!
Karawang - Bekasi Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi 1957 Chairil Anwar, 1957 |
Puisi di atas
merupakan ungkapan penyair yang menginginkan para pemuda meneruskan perjuangan
orang-orang yang berjuang memerdekakan Indonesia. Perjuangan tidak boleh
berhenti, semua rakyat Indonesia harus tetap berjuang dan memperoleh
kemerdekaan, perjuangan para pejuang tidak akan sia-sia. Ribuan nyawa yang
dikorbankan demi kemerdekaan Indonesia akan memiliki arti karena akan selalu
dikenang sebagai perjuang kemerdekaan Indonesia.
2. Menemukan Tema Puisi
Tema termasuk dalam
struktur batin puisi. Setiap puisi pasti memiliki tema tertentu yang mungkin
berbeda dan mungkin pula sama dengan puisi lainnya. Pemilihan tema merupakan
langkah dasar penyair dalam menulis puisinya. Tema merupakan gagasan pokok
penyair yang dituangkan dalam bait-bait puisinya. Tema berasal dari berbagai
masalah/peristiwa di sekitar kehidupan penyair. Tema puisi ada bermacam-macam,
misalnya tema keagamaan, kenegaraan, kehidupan alam, lingkungan hidup,
kemanusiaan, kisah kehidupan manusia, perjuangan, atau kritik sosial. Tema
puisi bersifat khusus, berorientasi pada penyair, objektif atau semua pembaca
harus mempunyai penafsiran yang sama, dan lugas atau tidak bermakna kias.
Tema merupakan
gagasan utama penyair yang dituangkan dalam puisi. Oleh karena itu, untuk dapat
menentukan tema puisi, pembaca harus memahami isi puisi tersebut terlebih
dahulu. Agar dapat memahami isi puisi, langkah yang dapat dilakukan adalah
dengan memahami kata-kata yang digunakan pada puisi tersebut, baik makna
denotatif, konotatif, dan perlambangan yang digunakan. Makna denotatif adalah
makna sebenarnya dari sebuah kata. Makna konotatif merupakan makna kias dari
sebuah kata. Adapun perlambangan berkaitan dengan gaya bahasa yang digunakan
oleh penyair.
Perhatikan puisi berikut!
Tuhan Karya : Taufiq
Ismail Tuhan, Tuhan Yang Maha
Esa Tempat aku
meminta Dengan segala
doa Tuhan Tempat aku
berteduh Dimana aku
mengeluh Dengan segala
keluh Aku jauh Engkau
jauh Aku dekat
Engkau dekat Hati adalah
cermin Tempat pahala
dan dosa berpadu |
Puisi di atas
memiliki tema ketuhanan. Hal tersebut ditunjukkan pengulangan kata Tuhan. Dalam puisi di atas, penyair
mengungkap keagungan Tuhan. Bagi penyair, Tuhan merupakan tempat manusia
menggantungkan hidupnya. Tanpa Tuhan, manusia tidak akan bisa melakukan
apa-apa. Di saat hati manusia sedih, tempat terbaik untuk berkeluh kesah adalah
Tuhan. Tuhan akan mendengarkan semua keluh kesah manusia dan pasti akan
memberikan solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi. Penyair berperan
agar manusia segera kembali ke jalan yang benar karena selama ini manusia
berada di jalan yang sesat. Tuhan akan mendekat apabila seseorang mendekat
kepada-Nya. Namun sebaliknya, Tuhan akan menjauh ketika seseorang menjauh dari
Tuhan.
3. Menemukan Makna Puisi
Memahami sebuah puisi
tentu sangat berbeda dengan memahami prosa. Agar dapat memahami isi puisi, Anda
perlu memahami makna puisi. Makna atau isi puisi dapat dipahami dengan baik,
jika Anda mengerti kata-kata yang terkandung dalam puisi. Anda harus
menafsirkan arti setiap kata dalam puisi tersebut. Kata-kata dalam puisi
seiring bermakna konotasi atau bermakna kias. Makna puisi adalah isi yang
tersirat dalam puisi. Untuk menemukan isi puisi, Ada harus membaca pusi dengan
saksama dan memahami simbol atau lambang yang digunakan dalam puisi tersebut.
Bacalah puisi berikut!
Tuhan,
Kita Begitu Dekat! Karya : Abdul Hadi MW. Tuhan, Kita begitu dekat Aku panas dalam apimu Tuhan, Kita begitu dekat Aku kapas dalam kainmu Tuhan, Kita begitu dekat |
Pada bait-bait puisi
ini, penyair menunjukkan perasaan kedekatan dengan Tuhan. “Tuhan, Kita begitu
dekat” yang mendapatkan pengulangan sebanyak tiga kali menunjukkan bahwa antara
penyair dan Tuhan telah terjalin komunikasi yang cukup erat. Ukuran merasa
dekat atau tidak dekatnya seseorang dengan Tuhan adalah perbuatan baik yang
telah dilakukan oleh seseorang.
B. Mendemonstrasikan Puisi
Puisi merupakan
ungkapan hati seorang penyair. Penyair mengungkapkan isi hatinya menggunakan
rangkaian kata-kata yang indah. Dalam mengungkapkan isi hatinya, penyair tidak
selalu menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif, tak jarang penyair
menggunakan kata bermakna konotatif, ataupun menggunakan kata-kata yang
bermakna simbolis. Penggunaan kata-kata yang bermakna simbolis terkadang
menimbulkan tafsir yang berbeda-beda dari pembaca puisi tersebut.
Puisi berbeda dengan
karya sastra yang lain seperti prosa, cerpen, roman, dan novel. Perbedaa yang
sangat menonjol ialah puisi sangat menonjol keindahan bahasa, kedalaman makna,
dan kepadatan bentuk. Selain itu, hanya puis yang dapat dimusikalisasi,
sedangkan karya sastra tertulis yang lain tidak dapat. Musikalisasi puisi adalah
membaca puisi dengan diiringi musik yang sesuai dengan tema dan suasana yang
tergambar dalam puisi tersebut. Berikut dua cara mendemonstrasikan puisi.
1. Membacakan Puisi
Keindahan puisi
tidak hanya dari strukturnya, namun juga dari cara menyampaikannya. Membaca
puisi dengan gaya disebut dengan berdeklamasi. Membacakan puisi merupakan
kegiatan membaca indah. Membaca puisi harus disesuaikan dengan isi dari puisi
tersebut. Saat membacakan puisi, Anda harus memperhatikan lafal, nada, ekspresi,
dan intonasi. Hal tersebut dimaksudkan agar isi puisi dapat terekspresikan
dengan baik.
Membaca puisi untuk
orang lain pada dasarnya sama dengan mewujudkan puisi tersebut, baik dalam
bentuk audio maupun visual. Membaca puisi merupakan suatu proses yang melibatkan
pihak pembaca, pendengar, dan puisi yang dibaca. Membaca puisi termasuk
ketrampilan membaca estetika. Hakikat membaca estetika adalah membaca dengan
memperhatikan unsur-unsur keindahan dan penghayatan. Ada hal yang berbeda
ketika membaca teks dengan membaca puisi. Ketika membaca teks, Anda tidak perlu
membacanya dengan berbagai ekspresi. Sementara itu, ketika membaca puisi
diperlukan ekspresi yang sesuai dengan isi puisi yang Anda baca.
Hal-hal yang perlu
Anda perhatikan saat membaca puisi sebagai berikut.
a. Volume Suara
Volume suara adalah
derajat keras atau lemahna suara pada saat membaca puisi. Keras atau lemahnya
suara harus tepat. Saat membacakan puisi yang berisi tentang perjuangan,
pembaca puisi harus menyampaikanya dengan volume yang keras. Sebaliknya, jika
pembaca puisi membawakan puisi degan tema yang sedih, pembaca puisi harus
menggunakan volume suara yang cukup pelan.
b. Artikulasi
Artikulasi adalah
pengucapan kata demi kata dengan benar sera dnegan suara yang jelas. Dalam
melafalkan suatu bunyi bahasa haruslah jelas. Bunyi-bunyi itu tidak boleh
tertukar dengan bunyi-bunyi bahasa lainya. Misalnya bunyi [p] dengan [b], [k]
dengan [h], atau [o] dengan [u].
c. Intonasi
Intonasi adalah lagu
membaca yang meliputi penggalan kata serta tinggi atau rendahnya suara pada
saat membaca larik demi larik sajak. Perbedaan intonasi dapat menghasilkan
jenis kalimat yang berbeda, misalnya kalimat berita, kalimat tanya, kalimat
perintah, dan kalimat seru. Penggunaan intonasi yang tepat dalam pembacaan
puisi dapat dimanfaatkan untuk menarik perhatian. Selain itu, intonasi juga
berguna dalam memperjelas dan membedakan maksud/pesan dari setiap larik.
Saat berlatih
membacakan puisi, Anda bisa memberi tanda-tanda pada teks puisi. Tanda-tanda
tersebut sebagai berikut.
1)
Tanda ä berarti dibaca
intonasi naik
2)
Tanda æ berarti dibaca
intonnasi turun
3)
Tanda à berarti dibaca
intonasi datar
4)
Tanda / berarti jeda sebentar
5)
Tanda // berarti jeda agak panjang
d. Gerak Tubuh
Gerak tubuh meliputi
gerak seluruh anggota tubuh, seperti kaki, tangan, badan, dan kepala sesuai
dengan isi sajak yang dibaca. Saat membaca, pandangan mata harus tertuju ke
segala penjuru tempat penonton berada.
e. Mimik
Mimik adalah
ekspresi atau perubahan wajah sesuai dengan karakteristik dan suasana
(misalnya, sedih, semangat, atau gembira) yang digambarkan pada sajak yang
dibaca. Pembaca puisi harus memperlihatkan ekspresi sesuai dengan kandungan isi
puisi yang dibacanya. Jika puisi itu mengandung suasana sedih, maka ekspresi
pembaca puisi harus memperlihatkan ekspresi kesedihan pula. Sebaliknya, jika
puisi itu bertema gembira, maka ekspresi si pembaca puisi harus gembira pula.
Anda juga harus
memperhatikan sikap Anda saat membacakan sebuah puisi. Berikut beberapa hal
yang perlu diperhatikan saat membacakan puisi.
a.
Bersikaplah wajar dan tenang, namun penuh dengan
percaya diri. Jangan berlebihan (over
acting) ketika membaca puisi.
b.
Gunakan gerakan mimik, tangan, atau anggota
badan lain yang mendukung. Tujuannya agar puisi yang sedang Anda bacakan tidak
kaku dan dapat mewakili ekspresi jiwa pengarang.
c.
Aturlah volume suara Anda secara baik. Pahami
tanda-tanda yang Anda tulis dalam puisi Anda.
d.
Bacalah puisi Anda secara tepat dan lancar
berdasarkan teknik yang Anda kuasai. Jangan terlalu cepat, baca secara pelan,
namun pasti sesuai kaidah membaca puisi yang telah Anda pelajari.
2. Musikalisasi Puisi
Mendemontrasikan
puisi tidak hanya dengan cara deklamasi saja. Puisi juga dapat disajikan dalam
bentuk lagu. Pembacaan puisi yang dilakukan dengan cara dilagukan, diberi
irama, atau diiringi musik yang sesuai dengan isi puisi disebut musikalisasi
puisi. Banyak puisi yang dilagukan. Tidak sedikit juga lagu yang syairnya
sangat puitis. Puisi dapat diekspresikan dalam bentuk lagu disertai dengan
iringan musik. Iringan musik untuk musikalisasi puisi dapat dilakukan dengan
alat musik sederhana, seperti gitar.
Pada dasarnya, semua
puisi dengan dimusikalisasi. Akan tetapi, sebaliknya pilihlah puisi dengan
syair yang sederhana. Puisi dengan syair yang menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti memudahkan Anda unruk mengaransemen lagu yang menyanyikannya.
Aransemen lagu dalam puisi yang akan
dimusikalisasi harus disesuaikan dengan tema atau pesan yang terkandung dalam
isi puisi. Antara tema, pesan, dan isi puisi dengan irama musiknya harus selaras.
Puisi yang bertema perjuangan dan penuh semangat dapat dinyanyikan dengan irama
mars. Puisi yang isinya khidmat atau khusuk dapat dinyanyikan dengan irama
lambat.
Berikut contoh
musikalisasi puisi dari Taufik Ismail yang berjudul “Tuhan”.
Tuhan Karya : Taufiq
Ismail Tuhan, Dm Tuhan Yang Maha
Esa Dm Gm Tempat aku
meminta A Dengan segala
doa Dm Tuhan
Dm Tempat aku
berteduh Dm Gm Dimana aku
mengeluh A Dengan segala keluh
Dm Aku jauh Engkau
jauh Gm F Aku dekat
Engkau dekat Gm A7 Dm Hati adalah
cermin Gm Dm Tempat pahala
dan dosa berpadu Bb A Bb A |
C. Menganalisis Unsur Pembangun Puisi
Puisi tersusun atas
struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi adalah struktur yang membangun puisi secara implisit atau
tidak terlihat. Struktur batin disebut juga hakikat puisi. Adapun struktur
fisik adalah struktur yang membangun puisi secara eksplisit, yaitu struktur
yang terlihat melalui susunan kata-katanya.
Struktur fisik puisi
terdiri atas baris-baris yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Struktur
fisik ini merupakan media pengungkapan struktut batin puisi. Adapaun
unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik puisi, antara lain diksi,
pengimajinasian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), vertifikasi
(meliputi rima, ritme, dan metrum), tipografi, dan sarana retorika.
1. Diksi dalam Puisi
Puisi merupakan karya
sastra dengan bentuk yang padat. Artinya, puisi ditulis dengan singkat dan
tidak terlalu panjang. Oleh karena itu, pemilihan kata yang sesuai dan
mengandung makna harus dilakukan. Pemilihan kata dilakukan dengan
mempertimbangkan irama, nada, dan estetika (keindahan bahasa). Pemilihan kata
disebut diksi. Pada umumnya, kosakata yang digunakan untuk menulis puisi
bersifat konotatif dan bersifat puitis. Perbendaharaan penyair sangat berperan
dalam pemilihan kata.
Kedudukan kata dalam
puisi sangat menentukan makna. Selain untuk mendapatkan kepuitisan, penggunaan
diksi juga diperlukan untuk mendapatkan nilai estetik. Dengan diksi yang baik,
penyair dapat mencurahkan perasaan dan isi pikiran dengan ekspresi yang dapat
menjelaskan pengalaman jiwa. Pemilihan kata dalam puisi sangat penting untuk
mencapai kefektifan dalam menulis puisi karena kata-kata dalam puisi sangat
menentukan makna serta memiliki efek terhadap pembacanya.
a. Maka Kias (Konotasi)
Kata bermakna
konotasi adalah kata yang mempunyai makna atau arti kiasan. Dalam kata bermakna
konotasi, makna yang timbul bukan makna yang sebenarnya. Kata bermakna konotasi
banyak digunakan dalam puisi dengan tujuan untuk menambahkan kesan keindahan
kata.
Perhatikan puisi berikut!
Elok rupanya Sopan tutur katanya Banyak yang ingin merebutnya Dialah bunga desa Luhur pekertinya Secantik wajahnya |
Kata “bunga desa”
dalam puisi di atas adalah kata bermakna konotasi. Bunga desa dalam puisi di
atas bukan berarti “tanaman bunga yang tumbuh di desa”, namun diartikan sebagai
“gadis yang paling cantik sedesa”. Penyair lebih memilih menggunakan kata
“bunga desa” daripada “gadis desa” karena kata-kata “bunga desa” terdengar
lebih indah dan lebih puitis.
b. Lambang (Simbol)
Simbol adalah bahasa
kiasan yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu. Dalam menggambarkan sebuah
benda, tak jarang penyair menggunakan lambang atau simbol. Penggunanaan lambang
atau simbol dalam puisi bertujuan untuk menambah nilai estetik puisi tersebut.
Perhatikan puisi berikut!
Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam
kereta, Ke manakah mereka Di atas roda-roda baja mereka berkendara Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota Merebut hidup di pasar-pasar kota. |
Kalimat “di atas
roda-roda baja mereka berkendara” dalam puisi tersebut adalah simbol untuk
menggambarkan kereta api. Dalam puisi tersebut, kereta api digambarkan sebagai
alat transportasi yang menggunakan roda-roda dari baja untuk berjalan. Jadi,
kalimat tersebut artinya bukan “pergi menggunakan kereta api”. Penggunaan
simbol dalam puisi bertujuan untuk menambahkan nilai keindahan puisi.
c. Persamaan Bunyi atau Rima
Sebuah puisi dapat
menjadi harmonis apabila menggunakan kata-kata yang memiliki persamaan bunyi.
Perhatikan puisi berikut!
Aku berpikir : Bulan inikah yang membikin dingin, Jadi pucat rumah dan kaku pepohonan? Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab
kepingin: Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan! |
Dalam puisi “malam
di Pegunungan”, Chairil Anwar dengan cermat memilih kata-kata yang secara bunyi
bahasa menghasilkan persamaan bunyi, yaitu bunyi [i] pada akhir baris pertama
dan ketiga serta bunyi [a] pada akhir baris kedua dan keempat. Persamaan bunyi
tersebut membuat puisi semakin indah untuk dibaca. Persamaan bunyi pada akhir
baris disebut dengan rima. Jenis-jenis rima sebagai berikut.
1)
Rima silang (a-b-a-b)
2)
Rima terus (a-a-a-a)
3)
Rima pasang (a-a-b-b)
4)
Rima patah (a-a-a-b/a-b-a-a/a-a-b-a)
5)
Rima peluk (a-b-b-a)
2. Imaji dalam Puisi
Imaji merupakan unsur
yang melibatkan penggunaan indra manusia, seperti imaji penglihatan, imaji
suara, dan lain sebagainya. Penggunaan imaji bertujuan agar pembaca maupun
pendengar dapat berimajinasi atau membayangkan bahkan merasakan apa yang
dirasakan oleh penyair. Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata-kata yang
dapat memperjelas pernyataan penyair dalam puisinya. melalui pengimajian,
sesuatu yang digambarkan penyair dalam puisinya seolah-olah dapat dilihat,
didengar, dan juga dirasa oleh pembaca. Pengimajian menimbulkan tiga imaji,
yaitu imaji visual, imaji auditif dan imaji taktil.
a.
Imaji visual adalah penciptaan ungkapan yang
digambarkan oleh penyair seperti dapat dilihat oleh pembaca dengan jelas.
b.
Imaji auditif (imaji dengar) adalah penciptaan
ungkapan oleh penyair sehingga pembaca seolah-olah mendengar seperti yang
digambarkan oleh penyair..
c.
Imaji taktil (imaji perasaan) adalah penciptaam
ungkapan oleh penyair yang mampu mempengaruhi perasaan sehingga pembaca ikut
terpengaruh perasaanya.
Pengimajian oleh
penyair diberi peran untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya
pikiran. Imaji yang tepat akan lebih hidup, lebih segar, lebih ekonomis, dan
dekat dengan kehidupan sehingga diharapkan pembaca atau pendengar merasakan dan
hidup dalam pengalaman batin penyairnya.
3. Kata Konkret dalam Puisi
Kata konkret adalah
kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Kata konkret bersifat imajinatif
sehingga memunculkan imaji. Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh
penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan
maksud untuk membangkitkan imaj pembaca. Kata-kata diupayakan dapat mengarah
pada arti yang menyeluruh. Kata konkret merupakan sebab terjadinya pengimajian.
Dengan kata konkret, pembaca, dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau
keadaan yang dilukiskan penyair. Kata konkret, sehingga permata senja dapat
berarti pantai atau tempat yang sesuai untuk melihat datangnya senja.
4. Rima/Ritme dalam Puisi
Rima (persajakan)
adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf-huruf atau kata-kata dalam larik
dan bait atau persamaan bunyi dalam puisi. Keindahan sebuah puisi terdapat pada
rima/sajak bnyi di akhir baris sesuai pilihan kata yang digunakan.
Contoh
:
Cemara menderai
sampai jauh, terasa hari akan
jadi malam, ada beberapa dahan
di tangkap merapuh, dipikul angin yang
terpendam Aku sekarang
orangnya bisa tahan sudah berapa waktu
bukan kanak lagi tapi dulu memang
ada suatu bahan yang bukan dasar
perhitungan kini |
Pada bait pertama,
baris pertama dan ketiga berakhir dengan bunyi [u], sedangkan baris kedua dan
keempat berakhir dengan bunyi [a]. Pada bait kedua, baris pertama dan ketiga
berakhir dengan bunyi [a], sementara pada baris kedua dan keempat berakhir
dengan bunyi [i]. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa puisi di atas
menggunaka n rima a-b-a-b.
D. Menulis Puisi
Anda telah
mempelajari struktur batin dan struktur fisik dari puisi. Sekarang, Anda akan
belajar menulis puisi. Puisi merupakan karya sastra yang isinya mengandung
ungkapan kata-kata bermakna kiasan dan penyampaiannya disertai dengan rima,
irama, larik, dan bait, dengan gaya bahasa yang dipadatkan. Menulis puisi
merupakan kegiatan produktif yang lahir dari ekspresi pribadi. Anda dapat
menulis puisi secara sederhana. Ide atau gagasan yang Anda tuangkan dalam
bentuk puisi dapat Anda temukan di lingkungan sekitar. Misalnya tentang
keindahan alam, aktivitas seseroang, atau pengalaman hidup Anda.
1. Menulis Puisi untuk Mengungkapkan Perasaan
Puisi berbeda dengan
prosa. Puisi berbentuk bait dan baris. Baris dan bait tersebut terdiri atas
susunan kata yang indah dan padat. Kata tersebut dipilih sesuai situasi dan
kondisi isi puisi. Makna kata dalam puisi akan mencerminkan makna puisi secara
keseluruhan. Dalam memilih kata, Anda harus memperhatikan nilai keindahan dari
kata yang Anda gunakan. Adapun langkah-langkah menulis puisi sebagai berikut.
a.
Menentukan tema puisi
b.
Menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan baris
demi baris dan bait demi bait dengan pilihan kata yang tepat.
c.
Mengoreksi kembali antara ketepatan diksi dengan
makna
d.
Memadatkan kata-kata dalam puisi tanpa
mengurangi makna
e.
Mengoreksi kembali penggunaan rima yang
berkaitan dengan keindahan bunyi
f.
Membaca secara keseluruhan puisi yang telah
dibuat.
2. Menulis Puisi Berdasarkan Berita yang
Dibaca
Sebuah berita atau
sebuah sejarah dapat dijadikan sebuah puisi. Taufiq Ismail adalah salah seorang
penyair yang mengemas sejarah dalam puisi-puisinya. salah satu sejarah yang ia
rangkum, yaitu Indonesia pada tahun 1966. Taufiq Ismail merangkum
peristiwa-peristiwa sejarah pada tahun 1966 dalam kumpulan puisinya, yaitu Tirani dan Benteng. Ketika membaca puisi Taufiq Ismail dalam buku ini, pembaca
seakan bisa melihat situasi tahun 1966.
E. Menyusun Ulasan dari Buku yang Dibaca
Berdasarkan isinya,
buku dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu buku fiksi dan buku nonfiksi.
Buku fiksi adalah buku yang berisi tentang cerita khayalan, buku fiksi ditulis
berdasarkan imajinasi pengarangnya. Contoh buku fiksi, antara lain buku cerita
anak, dongeng, novel, cerita pendek (cerpen), fabel, kumpulan puisi, dan komik.
Adapun buku nonfiksi adalah buku yang berisi tentag ilmu pengetahuan atau
informasi. Buku nonfiksi adalah buku yang dibuat berdasarkan fakta dan
kenyataan. Contoh buku nonfiksi, yaitu buku pelajaran, buku ensiklopedia, esai,
jurnal, dokumenter, biografi, dan laporan ilmiah.
Teks ulasan merupakan
suatu teks yang berisi pembahasan maupun penilaian terhadap suatu buku atau
karya-karya lain. Teks ulasan disusun baik berdasarkan tafsiran maupun
pemahaman atas isi buku yang dibaca. Berbeda dengan menafsirkan teks lain yang
lebih tertuju pada kepentingan sendiri, penyusun ulasan selalu ditujukan untuk
kepentingan orang lain.
Berikut
langkah-langkah untuk menyusun teks ulasan.
1.
Mencatat identitas buku yang akan diulas,
meliputi judul, penulis, nama penerbit, tahun terbit, ketebalan buku, dan harga
buku.
2.
Mencatat hal-hal menarik atau hal-hal yang
penting dari isi buku.
3.
Menelaah kelebihan dan kelemahan isi buku.
4.
Membuat kesimpulan tentang isi dan kesan-kesan
buku itu secara keseluruhan.
5.
Membuat saran-saran untuk pembaca.
Pada saat membuat
ulasan sebuah buku, Anda harus memberikan ulasan pada setiap bagian penting isi
buku secara proporsional. Ulasan ditulis minimal satu paragraf singkat pada setiap
bagian buku (fiksi) atau setiap bab buku nonfiksi (buku pengayaan) yang
dianggap menarik.
0 Post a Comment:
Posting Komentar