PUISI |Materi Bahasa Indonesia Kelas X | Kurikulum Merdeka Belajar

PUISI

Materi Bahasa Indonesia Kelas X Semester Genap

Kurikulum Merdeka Belajar



 RINGKASAN MATERI

Puisi merupakan karya sastra yang diciptakan untuk dibaca dengan penuh penghayatan. Puisi merupakan suatu karya sastra tertulis di mana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang penyair dengan mengggunakan bahasa yang indah. Puisi juga dapat didefinisikan sebagai suatu karya sastra yang isinya mengandung ungkapan kata-kata bermakna kiasan dan penyampaiannya disertai dengan rima, irama, larik, dan bait, dengan gaya bahasa yang dipadatkan.

 

A.      Mengidentifikasi Komponen Penting dalam Puisi

Puisi merupakan karya sastra berupa tuisan yang menggunakan kualitas estetika (keindahan bahasa) sehingga berfokus pada bunyi, irama, dan penggunaan diksi. Puisi ditulis menggunakan bahasa yang khas dan memuat pengalaman yang disusun secara khas pula.  Pengalaman batin yang terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi makna dan ditafsirkan secara estetik. Susunan kata dalam puisi relatif lebih padat dibandingkan prosa. Puisi tidak memiliki pengaturan baris. Puisi juga tidak selalu diawali huruf besar (kapital) dan diakhiri dengan tanda titik. Namun, hal semacam ini dapat menentukan pemaknaan dari suatu puisi. Kehadiran kata-kata dan ungkapan dalam puisi diperhitungkan dari berbagai segi, seperti makna, citraan, rima, ritme, nada, rasa, dan jangkauan simboliknya.

Sebagai alat, kata-kata dalam puisi hars bermutu sesuai gagasan yang ingin diutarakan peyair. Di samping itu, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus mampu membangkitkan tanggapan rasa pembaca atau pendengarnya. Kebebasan penyair untuk memperlakukan bahasa sebagai bahan puisi dalam istilah kesusastraan dikenal sebagai lisentia poetica. Lisentia poetica merupakan kewenangan penyair untuk mematuhi atau menyimpang dari norma ketatabahasaan. Pematuhan dan penyimpangan ini harus mempertimbangkan tercapainya keindahaan dari puisi tersebut.

 

1.      Menentukan Suasana dalam Puisi

Puisi disusun dengan bahasa yang indah dan padat makna. Sebagai suatu karya sastra, puisi tersusun atas struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi adalah struktur yang membangun puisi secara implisit atau tidak terlihat. Struktur batin disebut juga hakikat puisi. Adapun struktur fisik adalah struktur yang membangun puisi secara eksplisit, yaitu struktur yang terlihat melalui susunan kata-katanya.

Struktur batin puisi terdiri atas tema, suasana (rasa), nada, dan amanat. Suasana adalah perasaan pembaca setelah membaca puisi atau menyimak pembacaan puisi termasuk puisi yang telah dimusikalisasi. Misalnya, saat pembaca puisi membacakan puisi penuh semangat, maka mendengarkan juga akan merasakan suasana yang sama. Dalam sebuah puisi, pembaca dapat merasakan suasana puisi melalui pilihan kata (diksi) yang digunakan penyair dalam puisi. Misalnya, saat membaca puisi yang menggambarkan kondisi alam, pembaca akan merasa damai.

           

Bacalah puisi berikut!

 

Karawang - Bekasi

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami 

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi

1957

Chairil Anwar, 1957

 

Puisi di atas merupakan ungkapan penyair yang menginginkan para pemuda meneruskan perjuangan orang-orang yang berjuang memerdekakan Indonesia. Perjuangan tidak boleh berhenti, semua rakyat Indonesia harus tetap berjuang dan memperoleh kemerdekaan, perjuangan para pejuang tidak akan sia-sia. Ribuan nyawa yang dikorbankan demi kemerdekaan Indonesia akan memiliki arti karena akan selalu dikenang sebagai perjuang kemerdekaan Indonesia.

 

2.      Menemukan Tema Puisi

Tema termasuk dalam struktur batin puisi. Setiap puisi pasti memiliki tema tertentu yang mungkin berbeda dan mungkin pula sama dengan puisi lainnya. Pemilihan tema merupakan langkah dasar penyair dalam menulis puisinya. Tema merupakan gagasan pokok penyair yang dituangkan dalam bait-bait puisinya. Tema berasal dari berbagai masalah/peristiwa di sekitar kehidupan penyair. Tema puisi ada bermacam-macam, misalnya tema keagamaan, kenegaraan, kehidupan alam, lingkungan hidup, kemanusiaan, kisah kehidupan manusia, perjuangan, atau kritik sosial. Tema puisi bersifat khusus, berorientasi pada penyair, objektif atau semua pembaca harus mempunyai penafsiran yang sama, dan lugas atau tidak bermakna kias.

Tema merupakan gagasan utama penyair yang dituangkan dalam puisi. Oleh karena itu, untuk dapat menentukan tema puisi, pembaca harus memahami isi puisi tersebut terlebih dahulu. Agar dapat memahami isi puisi, langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memahami kata-kata yang digunakan pada puisi tersebut, baik makna denotatif, konotatif, dan perlambangan yang digunakan. Makna denotatif adalah makna sebenarnya dari sebuah kata. Makna konotatif merupakan makna kias dari sebuah kata. Adapun perlambangan berkaitan dengan gaya bahasa yang digunakan oleh penyair.

 

 

 

Perhatikan puisi berikut!

 

Tuhan

Karya : Taufiq Ismail

 

Tuhan,

Tuhan Yang Maha Esa 

Tempat aku meminta

Dengan segala doa

 

Tuhan

Tempat aku berteduh

Dimana aku mengeluh

Dengan segala keluh

 

Aku jauh Engkau jauh

Aku dekat Engkau dekat

Hati adalah cermin

Tempat pahala dan dosa berpadu

 

 

Puisi di atas memiliki tema ketuhanan. Hal tersebut ditunjukkan pengulangan kata Tuhan. Dalam puisi di atas, penyair mengungkap keagungan Tuhan. Bagi penyair, Tuhan merupakan tempat manusia menggantungkan hidupnya. Tanpa Tuhan, manusia tidak akan bisa melakukan apa-apa. Di saat hati manusia sedih, tempat terbaik untuk berkeluh kesah adalah Tuhan. Tuhan akan mendengarkan semua keluh kesah manusia dan pasti akan memberikan solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi. Penyair berperan agar manusia segera kembali ke jalan yang benar karena selama ini manusia berada di jalan yang sesat. Tuhan akan mendekat apabila seseorang mendekat kepada-Nya. Namun sebaliknya, Tuhan akan menjauh ketika seseorang menjauh dari Tuhan.

 

3.      Menemukan Makna Puisi

Memahami sebuah puisi tentu sangat berbeda dengan memahami prosa. Agar dapat memahami isi puisi, Anda perlu memahami makna puisi. Makna atau isi puisi dapat dipahami dengan baik, jika Anda mengerti kata-kata yang terkandung dalam puisi. Anda harus menafsirkan arti setiap kata dalam puisi tersebut. Kata-kata dalam puisi seiring bermakna konotasi atau bermakna kias. Makna puisi adalah isi yang tersirat dalam puisi. Untuk menemukan isi puisi, Ada harus membaca pusi dengan saksama dan memahami simbol atau lambang yang digunakan dalam puisi tersebut.

 

Bacalah puisi berikut!

Tuhan, Kita Begitu Dekat!

Karya : Abdul Hadi MW.

 

Tuhan, Kita begitu dekat
Sebagai api dengan panas

Aku panas dalam apimu

Tuhan, Kita begitu dekat
Seperti kain dengan kapas

Aku kapas dalam kainmu

Tuhan, Kita begitu dekat
Seperti angin dengan arahnya
Kita begitu dekat
Dalam gelap
Kini aku nyala
Pada lampu padammu.

 

 

Pada bait-bait puisi ini, penyair menunjukkan perasaan kedekatan dengan Tuhan. “Tuhan, Kita begitu dekat” yang mendapatkan pengulangan sebanyak tiga kali menunjukkan bahwa antara penyair dan Tuhan telah terjalin komunikasi yang cukup erat. Ukuran merasa dekat atau tidak dekatnya seseorang dengan Tuhan adalah perbuatan baik yang telah dilakukan oleh seseorang.

 

B.       Mendemonstrasikan Puisi

Puisi merupakan ungkapan hati seorang penyair. Penyair mengungkapkan isi hatinya menggunakan rangkaian kata-kata yang indah. Dalam mengungkapkan isi hatinya, penyair tidak selalu menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif, tak jarang penyair menggunakan kata bermakna konotatif, ataupun menggunakan kata-kata yang bermakna simbolis. Penggunaan kata-kata yang bermakna simbolis terkadang menimbulkan tafsir yang berbeda-beda dari pembaca puisi tersebut.

Puisi berbeda dengan karya sastra yang lain seperti prosa, cerpen, roman, dan novel. Perbedaa yang sangat menonjol ialah puisi sangat menonjol keindahan bahasa, kedalaman makna, dan kepadatan bentuk. Selain itu, hanya puis yang dapat dimusikalisasi, sedangkan karya sastra tertulis yang lain tidak dapat. Musikalisasi puisi adalah membaca puisi dengan diiringi musik yang sesuai dengan tema dan suasana yang tergambar dalam puisi tersebut. Berikut dua cara mendemonstrasikan puisi.

 

1.      Membacakan Puisi

Keindahan puisi tidak hanya dari strukturnya, namun juga dari cara menyampaikannya. Membaca puisi dengan gaya disebut dengan berdeklamasi. Membacakan puisi merupakan kegiatan membaca indah. Membaca puisi harus disesuaikan dengan isi dari puisi tersebut. Saat membacakan puisi, Anda harus memperhatikan lafal, nada, ekspresi, dan intonasi. Hal tersebut dimaksudkan agar isi puisi dapat terekspresikan dengan baik.

 

Membaca puisi untuk orang lain pada dasarnya sama dengan mewujudkan puisi tersebut, baik dalam bentuk audio maupun visual. Membaca puisi merupakan suatu proses yang melibatkan pihak pembaca, pendengar, dan puisi yang dibaca. Membaca puisi termasuk ketrampilan membaca estetika. Hakikat membaca estetika adalah membaca dengan memperhatikan unsur-unsur keindahan dan penghayatan. Ada hal yang berbeda ketika membaca teks dengan membaca puisi. Ketika membaca teks, Anda tidak perlu membacanya dengan berbagai ekspresi. Sementara itu, ketika membaca puisi diperlukan ekspresi yang sesuai dengan isi puisi yang Anda baca.

 

Hal-hal yang perlu Anda perhatikan saat membaca puisi sebagai berikut.

a.      Volume Suara

Volume suara adalah derajat keras atau lemahna suara pada saat membaca puisi. Keras atau lemahnya suara harus tepat. Saat membacakan puisi yang berisi tentang perjuangan, pembaca puisi harus menyampaikanya dengan volume yang keras. Sebaliknya, jika pembaca puisi membawakan puisi degan tema yang sedih, pembaca puisi harus menggunakan volume suara yang cukup pelan.

 

b.      Artikulasi

Artikulasi adalah pengucapan kata demi kata dengan benar sera dnegan suara yang jelas. Dalam melafalkan suatu bunyi bahasa haruslah jelas. Bunyi-bunyi itu tidak boleh tertukar dengan bunyi-bunyi bahasa lainya. Misalnya bunyi [p] dengan [b], [k] dengan [h], atau [o] dengan [u].

 

c.       Intonasi

Intonasi adalah lagu membaca yang meliputi penggalan kata serta tinggi atau rendahnya suara pada saat membaca larik demi larik sajak. Perbedaan intonasi dapat menghasilkan jenis kalimat yang berbeda, misalnya kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah, dan kalimat seru. Penggunaan intonasi yang tepat dalam pembacaan puisi dapat dimanfaatkan untuk menarik perhatian. Selain itu, intonasi juga berguna dalam memperjelas dan membedakan maksud/pesan dari setiap larik.

Saat berlatih membacakan puisi, Anda bisa memberi tanda-tanda pada teks puisi. Tanda-tanda tersebut sebagai berikut.

1)        Tanda ä berarti dibaca intonasi naik

2)        Tanda æ berarti dibaca intonnasi turun

3)        Tanda à berarti dibaca intonasi datar

4)        Tanda / berarti jeda sebentar

5)        Tanda // berarti jeda agak panjang

 

d.      Gerak Tubuh

Gerak tubuh meliputi gerak seluruh anggota tubuh, seperti kaki, tangan, badan, dan kepala sesuai dengan isi sajak yang dibaca. Saat membaca, pandangan mata harus tertuju ke segala penjuru tempat penonton berada.

 

e.       Mimik

Mimik adalah ekspresi atau perubahan wajah sesuai dengan karakteristik dan suasana (misalnya, sedih, semangat, atau gembira) yang digambarkan pada sajak yang dibaca. Pembaca puisi harus memperlihatkan ekspresi sesuai dengan kandungan isi puisi yang dibacanya. Jika puisi itu mengandung suasana sedih, maka ekspresi pembaca puisi harus memperlihatkan ekspresi kesedihan pula. Sebaliknya, jika puisi itu bertema gembira, maka ekspresi si pembaca puisi harus gembira pula.

 

Anda juga harus memperhatikan sikap Anda saat membacakan sebuah puisi. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membacakan puisi.

a.    Bersikaplah wajar dan tenang, namun penuh dengan percaya diri. Jangan berlebihan (over acting) ketika membaca puisi.

b.    Gunakan gerakan mimik, tangan, atau anggota badan lain yang mendukung. Tujuannya agar puisi yang sedang Anda bacakan tidak kaku dan dapat mewakili ekspresi jiwa pengarang.

c.    Aturlah volume suara Anda secara baik. Pahami tanda-tanda yang Anda tulis dalam puisi Anda.

d.   Bacalah puisi Anda secara tepat dan lancar berdasarkan teknik yang Anda kuasai. Jangan terlalu cepat, baca secara pelan, namun pasti sesuai kaidah membaca puisi yang telah Anda pelajari.

 

2.      Musikalisasi Puisi

Mendemontrasikan puisi tidak hanya dengan cara deklamasi saja. Puisi juga dapat disajikan dalam bentuk lagu. Pembacaan puisi yang dilakukan dengan cara dilagukan, diberi irama, atau diiringi musik yang sesuai dengan isi puisi disebut musikalisasi puisi. Banyak puisi yang dilagukan. Tidak sedikit juga lagu yang syairnya sangat puitis. Puisi dapat diekspresikan dalam bentuk lagu disertai dengan iringan musik. Iringan musik untuk musikalisasi puisi dapat dilakukan dengan alat musik sederhana, seperti gitar.

 

Pada dasarnya, semua puisi dengan dimusikalisasi. Akan tetapi, sebaliknya pilihlah puisi dengan syair yang sederhana. Puisi dengan syair yang menggunakan bahasa yang mudah dimengerti memudahkan Anda unruk mengaransemen lagu yang menyanyikannya. Aransemen  lagu dalam puisi yang akan dimusikalisasi harus disesuaikan dengan tema atau pesan yang terkandung dalam isi puisi. Antara tema, pesan, dan isi puisi dengan irama musiknya harus selaras. Puisi yang bertema perjuangan dan penuh semangat dapat dinyanyikan dengan irama mars. Puisi yang isinya khidmat atau khusuk dapat dinyanyikan dengan irama lambat.

 

Berikut contoh musikalisasi puisi dari Taufik Ismail yang berjudul “Tuhan”.

 

Tuhan

Karya : Taufiq Ismail

 

Tuhan,

   Dm

Tuhan Yang Maha Esa 

   Dm            Gm

Tempat aku meminta

                      A

Dengan segala doa

                      Dm

 

Tuhan

   Dm

Tempat aku berteduh

   Dm             Gm

Dimana aku mengeluh

   A

Dengan segala keluh

   Dm

Aku jauh Engkau jauh

   Gm        F

Aku dekat Engkau dekat

  Gm   A7            Dm

Hati adalah cermin

  Gm          Dm

Tempat pahala dan dosa berpadu

  Bb                             A Bb A

 

 

 

C.      Menganalisis Unsur Pembangun Puisi

Puisi tersusun atas struktur batin dan struktur fisik. Struktur batin puisi adalah struktur  yang membangun puisi secara implisit atau tidak terlihat. Struktur batin disebut juga hakikat puisi. Adapun struktur fisik adalah struktur yang membangun puisi secara eksplisit, yaitu struktur yang terlihat melalui susunan kata-katanya.

Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris yang bersama-sama membangun bait-bait puisi. Struktur fisik ini merupakan media pengungkapan struktut batin puisi. Adapaun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik puisi, antara lain diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), vertifikasi (meliputi rima, ritme, dan metrum), tipografi, dan sarana retorika.

 

1.      Diksi dalam Puisi

Puisi merupakan karya sastra dengan bentuk yang padat. Artinya, puisi ditulis dengan singkat dan tidak terlalu panjang. Oleh karena itu, pemilihan kata yang sesuai dan mengandung makna harus dilakukan. Pemilihan kata dilakukan dengan mempertimbangkan irama, nada, dan estetika (keindahan bahasa). Pemilihan kata disebut diksi. Pada umumnya, kosakata yang digunakan untuk menulis puisi bersifat konotatif dan bersifat puitis. Perbendaharaan penyair sangat berperan dalam pemilihan kata.

Kedudukan kata dalam puisi sangat menentukan makna. Selain untuk mendapatkan kepuitisan, penggunaan diksi juga diperlukan untuk mendapatkan nilai estetik. Dengan diksi yang baik, penyair dapat mencurahkan perasaan dan isi pikiran dengan ekspresi yang dapat menjelaskan pengalaman jiwa. Pemilihan kata dalam puisi sangat penting untuk mencapai kefektifan dalam menulis puisi karena kata-kata dalam puisi sangat menentukan makna serta memiliki efek terhadap pembacanya.

 

a.      Maka Kias (Konotasi)

Kata bermakna konotasi adalah kata yang mempunyai makna atau arti kiasan. Dalam kata bermakna konotasi, makna yang timbul bukan makna yang sebenarnya. Kata bermakna konotasi banyak digunakan dalam puisi dengan tujuan untuk menambahkan kesan keindahan kata.

 

Perhatikan puisi berikut!

 

Elok rupanya

Sopan tutur katanya

Banyak yang ingin merebutnya

Dialah bunga desa

Luhur pekertinya

Secantik wajahnya

 

 

Kata “bunga desa” dalam puisi di atas adalah kata bermakna konotasi. Bunga desa dalam puisi di atas bukan berarti “tanaman bunga yang tumbuh di desa”, namun diartikan sebagai “gadis yang paling cantik sedesa”. Penyair lebih memilih menggunakan kata “bunga desa” daripada “gadis desa” karena kata-kata “bunga desa” terdengar lebih indah dan lebih puitis.

 

b.      Lambang (Simbol)

Simbol adalah bahasa kiasan yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu. Dalam menggambarkan sebuah benda, tak jarang penyair menggunakan lambang atau simbol. Penggunanaan lambang atau simbol dalam puisi bertujuan untuk menambah nilai estetik puisi tersebut.

 

Perhatikan puisi berikut!

 

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta,

Ke manakah mereka

Di atas roda-roda baja mereka berkendara

Mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota

Merebut hidup di pasar-pasar kota.

 

 

Kalimat “di atas roda-roda baja mereka berkendara” dalam puisi tersebut adalah simbol untuk menggambarkan kereta api. Dalam puisi tersebut, kereta api digambarkan sebagai alat transportasi yang menggunakan roda-roda dari baja untuk berjalan. Jadi, kalimat tersebut artinya bukan “pergi menggunakan kereta api”. Penggunaan simbol dalam puisi bertujuan untuk menambahkan nilai keindahan puisi.

 

c.       Persamaan Bunyi atau Rima

Sebuah puisi dapat menjadi harmonis apabila menggunakan kata-kata yang memiliki persamaan bunyi.

 

Perhatikan puisi berikut!

 

Aku berpikir : Bulan inikah yang membikin dingin,

Jadi pucat rumah dan kaku pepohonan?

Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin:

Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

 

 

Dalam puisi “malam di Pegunungan”, Chairil Anwar dengan cermat memilih kata-kata yang secara bunyi bahasa menghasilkan persamaan bunyi, yaitu bunyi [i] pada akhir baris pertama dan ketiga serta bunyi [a] pada akhir baris kedua dan keempat. Persamaan bunyi tersebut membuat puisi semakin indah untuk dibaca. Persamaan bunyi pada akhir baris disebut dengan rima. Jenis-jenis rima sebagai berikut.

1)        Rima silang (a-b-a-b)

2)        Rima terus (a-a-a-a)

3)        Rima pasang (a-a-b-b)

4)        Rima patah (a-a-a-b/a-b-a-a/a-a-b-a)

5)        Rima peluk (a-b-b-a)

 

2.      Imaji dalam Puisi

Imaji merupakan unsur yang melibatkan penggunaan indra manusia, seperti imaji penglihatan, imaji suara, dan lain sebagainya. Penggunaan imaji bertujuan agar pembaca maupun pendengar dapat berimajinasi atau membayangkan bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas pernyataan penyair dalam puisinya. melalui pengimajian, sesuatu yang digambarkan penyair dalam puisinya seolah-olah dapat dilihat, didengar, dan juga dirasa oleh pembaca. Pengimajian menimbulkan tiga imaji, yaitu imaji visual, imaji auditif dan imaji taktil.

a.    Imaji visual adalah penciptaan ungkapan yang digambarkan oleh penyair seperti dapat dilihat oleh pembaca dengan jelas.

b.    Imaji auditif (imaji dengar) adalah penciptaan ungkapan oleh penyair sehingga pembaca seolah-olah mendengar seperti yang digambarkan oleh penyair..

c.    Imaji taktil (imaji perasaan) adalah penciptaam ungkapan oleh penyair yang mampu mempengaruhi perasaan sehingga pembaca ikut terpengaruh perasaanya.

 

Pengimajian oleh penyair diberi peran untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya pikiran. Imaji yang tepat akan lebih hidup, lebih segar, lebih ekonomis, dan dekat dengan kehidupan sehingga diharapkan pembaca atau pendengar merasakan dan hidup dalam pengalaman batin penyairnya.

 

3.      Kata Konkret dalam Puisi

Kata konkret adalah kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Kata konkret bersifat imajinatif sehingga memunculkan imaji. Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaj pembaca. Kata-kata diupayakan dapat mengarah pada arti yang menyeluruh. Kata konkret merupakan sebab terjadinya pengimajian. Dengan kata konkret, pembaca, dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan penyair. Kata konkret, sehingga permata senja dapat berarti pantai atau tempat yang sesuai untuk melihat datangnya senja.

 

4.      Rima/Ritme dalam Puisi

Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf-huruf atau kata-kata dalam larik dan bait atau persamaan bunyi dalam puisi. Keindahan sebuah puisi terdapat pada rima/sajak bnyi di akhir baris sesuai pilihan kata yang digunakan.

 

Contoh :

Cemara menderai sampai jauh,

terasa hari akan jadi malam,

ada beberapa dahan di tangkap merapuh,

dipikul angin yang terpendam

 

Aku sekarang orangnya bisa tahan

sudah berapa waktu bukan kanak lagi

tapi dulu memang ada suatu bahan

yang bukan dasar perhitungan kini

 

Pada bait pertama, baris pertama dan ketiga berakhir dengan bunyi [u], sedangkan baris kedua dan keempat berakhir dengan bunyi [a]. Pada bait kedua, baris pertama dan ketiga berakhir dengan bunyi [a], sementara pada baris kedua dan keempat berakhir dengan bunyi [i]. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa puisi di atas menggunaka n rima a-b-a-b.

 

D.      Menulis Puisi

Anda telah mempelajari struktur batin dan struktur fisik dari puisi. Sekarang, Anda akan belajar menulis puisi. Puisi merupakan karya sastra yang isinya mengandung ungkapan kata-kata bermakna kiasan dan penyampaiannya disertai dengan rima, irama, larik, dan bait, dengan gaya bahasa yang dipadatkan. Menulis puisi merupakan kegiatan produktif yang lahir dari ekspresi pribadi. Anda dapat menulis puisi secara sederhana. Ide atau gagasan yang Anda tuangkan dalam bentuk puisi dapat Anda temukan di lingkungan sekitar. Misalnya tentang keindahan alam, aktivitas seseroang, atau pengalaman hidup Anda.

 


 

1.      Menulis Puisi untuk Mengungkapkan Perasaan

Puisi berbeda dengan prosa. Puisi berbentuk bait dan baris. Baris dan bait tersebut terdiri atas susunan kata yang indah dan padat. Kata tersebut dipilih sesuai situasi dan kondisi isi puisi. Makna kata dalam puisi akan mencerminkan makna puisi secara keseluruhan. Dalam memilih kata, Anda harus memperhatikan nilai keindahan dari kata yang Anda gunakan. Adapun langkah-langkah menulis puisi sebagai berikut.

a.       Menentukan tema puisi

b.      Menuangkan ide-ide dalam bentuk tulisan baris demi baris dan bait demi bait dengan pilihan kata yang tepat.

c.       Mengoreksi kembali antara ketepatan diksi dengan makna

d.      Memadatkan kata-kata dalam puisi tanpa mengurangi makna

e.       Mengoreksi kembali penggunaan rima yang berkaitan dengan keindahan bunyi

f.       Membaca secara keseluruhan puisi yang telah dibuat.

 

2.      Menulis Puisi Berdasarkan Berita yang Dibaca

Sebuah berita atau sebuah sejarah dapat dijadikan sebuah puisi. Taufiq Ismail adalah salah seorang penyair yang mengemas sejarah dalam puisi-puisinya. salah satu sejarah yang ia rangkum, yaitu Indonesia pada tahun 1966. Taufiq Ismail merangkum peristiwa-peristiwa sejarah pada tahun 1966 dalam kumpulan puisinya, yaitu Tirani dan Benteng. Ketika membaca puisi Taufiq Ismail dalam buku ini, pembaca seakan bisa melihat situasi tahun 1966.

 

E.       Menyusun Ulasan dari Buku yang Dibaca

Berdasarkan isinya, buku dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu buku fiksi dan buku nonfiksi. Buku fiksi adalah buku yang berisi tentang cerita khayalan, buku fiksi ditulis berdasarkan imajinasi pengarangnya. Contoh buku fiksi, antara lain buku cerita anak, dongeng, novel, cerita pendek (cerpen), fabel, kumpulan puisi, dan komik. Adapun buku nonfiksi adalah buku yang berisi tentag ilmu pengetahuan atau informasi. Buku nonfiksi adalah buku yang dibuat berdasarkan fakta dan kenyataan. Contoh buku nonfiksi, yaitu buku pelajaran, buku ensiklopedia, esai, jurnal, dokumenter, biografi, dan laporan ilmiah.

Teks ulasan merupakan suatu teks yang berisi pembahasan maupun penilaian terhadap suatu buku atau karya-karya lain. Teks ulasan disusun baik berdasarkan tafsiran maupun pemahaman atas isi buku yang dibaca. Berbeda dengan menafsirkan teks lain yang lebih tertuju pada kepentingan sendiri, penyusun ulasan selalu ditujukan untuk kepentingan orang lain.

Berikut langkah-langkah untuk menyusun teks ulasan.

1.    Mencatat identitas buku yang akan diulas, meliputi judul, penulis, nama penerbit, tahun terbit, ketebalan buku, dan harga buku.

2.    Mencatat hal-hal menarik atau hal-hal yang penting dari isi buku.

3.    Menelaah kelebihan dan kelemahan isi buku.

4.    Membuat kesimpulan tentang isi dan kesan-kesan buku itu secara keseluruhan.

5.    Membuat saran-saran untuk pembaca.

Pada saat membuat ulasan sebuah buku, Anda harus memberikan ulasan pada setiap bagian penting isi buku secara proporsional. Ulasan ditulis minimal satu paragraf singkat pada setiap bagian buku (fiksi) atau setiap bab buku nonfiksi (buku pengayaan) yang dianggap menarik.






0 Post a Comment:

Posting Komentar