Bermain Drama | Materi Bahasa Indonesia Kelas XI | Kurikulum Merdeka Belajar

 BERMAIN DRAMA

Materi Bahasa Indonesia Kelas XI

Kurikulum Merdeka Belajar


Oleh : Achmad Hambali,S.Pd.,Gr.



 

Karya seni drama ditampilkan dan dibagi-bagi menjadi beberapa babak. Melalui pementasan drama, masyarakat bisa melihat berbagai kehidupan di lingkungan sekitar yang ditampilkan di atas panggung. Percakapan para pemain harus sesuai dengan dialog yang terdapat pada naskah drama. Naskah drama juga menjelaskan karakter masing-masing tokoh, latar tempat, latar suasana, dan properti yang digunakan.

 

A.      Mengidentifikasi Alur, Babak, dan Konflik dalam Drama

Pada dasaranya, masing-masing karya mempunyai ciri pembeda. Hal yang membedakan antara drama dan karya sastra lainnya adalah drama yang tersusun atas dialog antartokoh dan unsur pembentuknya. Perbedaan dalam karya sastra bisa digunakan sebagai ciri khas dan mempermudah Anda dalam menentukan jenis karya. Berikut unsur-unsur dalam drama.

1.      Alur

Alur disebut juga plot. Alur dalam drama adalah suatu rangakaian peristiwa dalam drama yang mempunyai penekanan adanya hubungan sebab-akibat. Berikut beberapa jalinan yang terdapat pada alur drama.

a.       Jalinan sirkuler, alur yang dibuat dengan jalinan sirkuler, yaitu dengan menampilkan peristiwa A dan berakhir kembali ke peristiwa A.

b.      Jalinan linier, alur yang dibuat dengan jalinan linier, yaitu dengan menampilkan peristiwa A sampai peristiwa Z.

c.       Jalinan episodik, alur yang dibuat dengan jalinan episodik, yaitu dengan menampilkan suatu peristiwa yang plotnya terpisah. Artinya, jalinan peritiwa dalam satu drama berjumlah dua atau lebih.

 

Alur cerita dala drama harus bergerak dari suatu permulaan, melalui suatu bagian tengah, menuu suatu akhir. Secara umum, alur dalam drama sebagai berikut.

a.      Orientasi

Orientasi merupakan bagian awal cerita drama. Bagian ini menggambarka perkenalan para tokoh yang terlibat, waktu dan tempat, menyatakan situasi suatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan ada kalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita.

 

b.      Komplikasi atau Bagian Tengah Cerita

Bagian ini menggambarkan konflik yang mulai menajam. Tokoh utama menghadapi berbagai rintangan antara dirinya dan tujuannya. Pada bagian ini tokoh utama juga mengalami berbagai kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menyelesaikan berbagai rintangan yang dihadapi.

 

c.       Resolusi (Denouement)

Pada bagian ini dimunculkan berbagai hal yan telah mendahuluinya dalam komplikasi. Kemunculan ini harus logis atau masuk nalar. Klimaks (turning point) merupakan titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi. Di dalam klimaks inilah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh.

 

2.      Babak

Dalam pementasan drama, cerita dibawakan dalam bentuk pembabakan. Dalam suatu lakon drama bisa memiliki satu, dua, atau tiga babak, bahkan bisa lebih. Dalam seni pementasan drama, batas antarbabak ditandai dengan turunya layar atau matinya lampu pementasan. Bila lampu dinyalakan kembali atau layar diangkat kembali, biasanya ada perubahan penataan panggung yang menggambarkan setting berbeda. Sementara itu, babak dalam naskah drama ditandai dengan adanyaa penulisan kata “babak” atau secara serta merta pergantian latar cerita.

 

3.      Konflik

Suatu drama akan hambar atau kurang menarik tanpa adanya konflik. Konflik menjadi salah satu kunci menarik atau tidaknya suatu drama. Konflik tidak selalu berupa pertangkaran, kericuhan, atau permusuhan di antara para tokoh, tetapi dapat juga berupa ketegangan batin antartokoh serta perbedaan pandangan dan sikap antartokoh. Dalam hal ini, konflik bisa menjadi ajang interaksi antar/pemain. Berikut dua jenis konflik dalam karya seni drama.

 

a.      Konflik Internal

Konflik internal merupakan perbenturan atau permasalahan yang dialami seorang tokoh dengan dirinya sendiri, misalnya masalah cita-cita, keinginan yang terpendam, keputusan,, kesepian, dan keyakinan.

 

b.      Konflik Eksternal

Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara tokoh dan sesuatu di luar dirinya, baik dengan lingkungan alam maupun lingkungan manusia. Berikut dua jenis konflik eksternal.

1)   Konflik fisik, yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya perbenturan antara tokoh dan lingkungan. Misalnya konflik yang dialami tokoh akibat banjir, kemarau panjang, gunung meletus, atau peristiwa alam lainnya.

2)   Konflik sosial, yaitu konflik atau masalah yang muncul akibat adanya hubungan antar manusia. Misalnya masalah penindasan dan pertengkaran.

 

Konflik internal dan konflik eksternal digunakan dalam pementasan drama dengan mempertimbangkan jenis ataupun tujuan pementasan. Kedua konflik tersebut dapat dimunculkan dalam bentuk konflik utama ataupun konflik pendukung. Konflk utama (bisa konflik eksternal, konflik internal, atau kedua-duanya) merupakan sentral alur dari drama yang dipentaskan, sedangkan konflik pendukung bertujuan untuk mempertegas keberadaan konflik utama.

 

B.       Mempertunjukkan Salah Satu Tokoh dalam Drama

Puncak dari karya seni drama adalah mempertunjukkan karya di atas panggung. Dalam mempertunjukkan drama, para pemain harus bisa memerankan karakter atau alur cerita sesuai naskah drama. Sebelum mempertunjukkan karya drama, berikut hal yang perlu diperhatikan supaya menghasilkan pertunjukkan drama yang baik dan menarik.

 

1.      Memahami Naskah Drama

Pada dasarnya, drama merupakan karya seni representasi dari naskah. Naskah drama menggambarkan tokoh dan karakter yang dibawakan, properti pendukung, dan latar tepat cerita. Oleh karena itu naskah drama perlu dibaca dan dipahami oleh semua pihak yang terlibat para pemain drama harus bisa mengambil nilai-nilai dalam naskah drama untuk disampaikan kepada penonton. Dalam membawakan pesan dan nilai-nilai, pemain akan terlibat dalam koflik atau pertentangan. Berikut cara memahami naskah drama.

a.       Pembedahan secara bersama-sama terhadap keseluruhan isi teks melalui kegiatan diskusi.

b.      Pemahaman terhadap isi teks oleh masing-maisng aktor terhadap tokoh yang akan diperankan. Tujuan utamanya adalah mengenal karakter tokoh. Berikut beberapa yang perlu dilakukan untuk memperdalam pemahaman atas karakteristik tokoh.

1)        Observasi, yaitu cara mengamati seorang tokoh, baik dari tingkah laku, cara hidup, kebiasaan, pergaulan, maupun cara bicaranya.

2)        Ilusi, merupakan bayangan atas suatu peristiwa, baik yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun dialami oleh orang lain. Pembayangan itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, angan-angan dan sebagainya.

3)        Imajinasi, yaitu menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Jika ilusi objeknya adalah peristiwa maka imajinasi berobjek pada benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak selalu menguntungkan diri pada benda-benda yang konkret.

4)        Emosi, diartikan sebagai ungkapan perasaan. Dalam drama, seorang pemain harus dapat megendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna dan menunjang karakter tokoh yang diperankannya.

 

2.      Mengekspresikan Dialog dalam Drama

Drama merupakan karya seni yang berbentuk dialog dan percakapan antartokoh. Dialog tersebut perlu diekspresikan supaya pesan yang ada di dalamnya sampai kepada penonton. Mengekspresikan adalah mengungkapkan gagasan, maksud, atau perasaan dengan gerak anggota badan dan air muka dalam kata-kata. Pemain drama membutuhkan dialog, lafal, intonasi, nada/tekanan, dan mimik/gerak-gerik untuk dapat mengekspresikan watak tokoh yang diperankan.

a.       Lafal adalah cara mengucapkan bunyi bahasa, baik yang berupa kata, kelompok kata, maupun kalimat.

b.      Intonasi merupakan musik kalimat, yaitu ketetapan penyajian tinggi rendahnya nada suara.

c.       Nada/tekanan

Tidak jauh berbeda dengan intonasi, nada/tekanan juga dapat digunakan untuk mengekspresikan kejiwaan atau watak tokoh. Berikut cara penggunaan nada.

1)         Tekanan keras diberikan pada bagian yang dipentingkan, yaitu dengan diucapkan lebih keras, sekaligus lebih pelan.

2)         Tekanan lemah, diberikan pada bagian yang tidak dipentingkan, yaitu dengan pengucapan biasa atau lebih lemah dan kecepatanyya biasa.

d.      Mimik/gerak gerik

Mimik dalam drama terbagi menjadi tiga macam, yaitu mimik, pantonim, dan panomimik. Mimik adalah gerak gerik wajah atau raut muka, pantonim adalah gerak-gerik tubuh, dalam pantomimik adalah gabungan dari mimik dan pantonim.

 

C.      Menganalisis Isi dan Kebahasaan dalam Drama

Pada dasarnya, masing-masing karya sastra mempunyai kaidah kebahasaan yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut menjadi salah satu ciri supaya mudah membedakan antara karya sastra yang satu dan lainnya. Meskipun berbentuk senin peran, isi drama bisa dianalisis. Supaya bisa menganalisis isi drama, tentunya Anda harus membaca dan memahami naskah drama.

 

1.      Menganalisis Isi Drama

Tidak jauh berbeda dengan karya seni lainnya, isi karya drama bisa dianalisis. Drama tersusun atas beberapa unsur intrinsik. Berikut unsur-unsur instrinsik dalam karya drama.

a.      Tokoh

Tokoh atau pemain ujung tombak saat pementasan berlangsung. Hal ini karena mata penonton akan tertuju pada pemain di atas panggung. Tokoh adalah individu atau seseorang yang menjadi pelaku cerita. Tokoh dalam drama berkaitan dengan nama, usia, jenis kelamin, bentuk fisik, jabatan, dan kejiwaan. Berikut klasifikasi tokoh dalam drama.

1)        Berdasarkan sifatnya

Berikut tiga jenis tokoh dalam karya drama berdasarkan sifatnya.

a)        Tokoh protagonis, merupakan tokoh utama dalam cerita

b)        Tokoh antagonis, merupakan tokoh penentang cerita

c)        Tokoh tritagonis, merupakan tokoh pembantu baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis.

2)        Berdasarkan perannya.

Berikut tiga jenis tokoh dalam karya drama berdasarkan perannya.

a)        Tokoh sentral, merupakan tokoh-tokoh yang paling menentukan dalam drama. Tokoh sentral merupakan penyebab terjadinya konflik. Tokoh sentral meliputi tokoh protagonis dan antagonis.

b)        Tokoh utama, merupakan tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Tokoh utama dapat juga sebagai perantara tokoh sentral (tokoh tritagonis)

c)        Tokoh pembantu, merupakan tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan cerita saja. Tidak semua drama menghadirkan tokoh pembantu.

 

b.      Alur Cerita

Alur cerita merupakan kronologi atau perjalanan cerita drama. Berikut analisis dalam alur cerita drama.

1)        Eksposisi, merupakan pengenalan atau pemaparan masalah utama yang berkaitan dengan hubungan antara tokoh protagonis dan antagonis.

2)        Konflik, merupakan penanjakan laku (ketegangan menarik) yang berarti konflik yang terhadi semakin rumit.

3)        Klimak, (puncak ketegangan), merupakan puncak konflik atau titik jenuh dari perkembangan konflik.

4)        Resolusi, merupakan penurunan laku yang menyajikan peleraian atau penyelesaian masalah. Pada tahap ini pesan moral disampakan, biasanya berupa solusi moral yang berkaitan dengan tema atau konflik yang dibaca.

5)        Konklusi, merupakan bagian penutup sebuah drama. Berbagai persoalan telah memperoleh penyelesaian dan pertikaian sudah dapat diakhiri.

c.       Setting atau latar

Latar merupakan penggambaran mengenai terjadinya suatu peristiwa atau kejadian. Berikut tiga jenis latar dalam karya seni drama.

1)        Setting tempat

Setting tempat adalah tempat terjadinya cerita dalam drama. Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri. Setting tempat berhubungan dengan setting ruang dan waktu.

2)        Setting waktu

Seting waktu adalah watu/zaman/periode/ sejarah terjadinya cerita dalam drama. Setting waktu juga terjadi pada waktu siang, pagi, sore, atau malam.

3)        Setting suasana

Setting suasana adalah suasana yang mendukung terjadinya cerita. Setting suasana dapat didukung dengan tata susara atau tata lampu saat pementasan.

 

d.      Tema

Tema menjadi pagar atau fokus dari pertunjukan drama. Tema merupakan gagasan pokok atau ide yang mendasari pembuatan sebuah drama. Pada umumnya tema pertunjukan drama tidak jauh dari kehidupan masyarakat, seperti masalah percintaan, kritik sosial, kemiskinan, kesenjangan sosial, penindasan, renungan hidup, keluarga yang retak, patriotisme, perikemanusiaan, dan ketuhanan.

 

 

 

e.       Amanat atau Pesan

Salah satu indikator drama yang baik adalah mempunyai pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Amanat adalah pesan dari karya drama dari pengarang kepada penonton melalui karyanya (termasuk drama). Dalam hal ini, amanat drama selalu berhubungan dengan teman drama. Amanat bersifat kias, subjektif, dan umum, sedangkan tema bersifat lugas, objektif, dan khusus. Dalam menafsirkan amanat drama, setiap penonton mempunyai persepsi yang berbeda.

 

f.       Dialog (Percakapan)

Dialog karya drama ditampilkan oleh para pemain. Dialog yang ditulis oleh penulis naskah drama akan diucapkan di atas panggung jika dipresentasikan. Watak tokoh dan cara berpikirnya dapat diamati melalui ucapannya atau dialog yang dituturkan tokoh lain.

 

g.      Konflik

Sering kali konflik diidentikkan dengan hal negatif, namun kenyataannya tidak seperti itu. Konflik dalam drama membuat karya menjadi menarik untuk dinikmati sehingga tidak berkesan monoton. Konflik adalah pertentangan atau masalah dalam drama. Pertentangan ini dapat terjadi dalam diri satu tokoh, antara dua tokoh, antara tokoh dan masyarakat sekitarnya, atau antara tokoh dan alam.

 

2.      Menganalisis Kaidah Kebahasaan Naskah Drama

Naskah drama berupa prolog, dialog, dan epilog. Dalam naskah drama banyak ditemukan kalimat tidak langsung. Kalimat tidak langsung bisa terlihat pada bagian prolog dan epilog. Drama juga menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog dan epilognya. Kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka. Hal ini karena melibatkan banyak pelaku (tokoh).

Kalimat langsung bisa ditemukan pada bagian dialog. Kata ganti yang digunakan pada bagian dialog berupa kata ganti orang pertama dan kedua, misalnya saya, kami,  kita, Anda, atau bisa pula menggunakan kata sapaan. Dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan seperti oh, ya, aduh, sih, dan, dong. Selain itu, banyak pula ditemukan kata-kata tidak baku dan kalimat-kalimat seru, suruhan, atau pertanyaan. Berikut ciri-ciri kebahasan teks drama.

a.       Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.

b.      Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya rapi, bersih, baik, gagah, dan kuat.

c.       Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, dan beristirahat.

d.      Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh : sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula dan kemudian.

 

D.      Mendemonstrasikan Naskah Drama

Anda telah belajar drama dan nasakah drama. Sekarang, Anda akan belajar mendemonstrasikan naskah drama. Drama merupakan suatu karya yang dipentaskan di atas panggung. Kegiatan dasar karya drama adalah menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik sesuai watak tokoh. Dalam pementasan drama, para pemeran melakukan dialog sesuai karaker yang dibawakan. Aktivitas yang menonjol dalam memerankan drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak anggota badan, dan perpindahan letak pemain. Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan supaya bisa bermain drama dengan baik.

1.      Menghafal dan memahami teks drama yang akan diperankan.

2.      Memperhatikan wawancang, kramagung, dan dialognya.

a.       Wawancang adalah dialog atau percakapan yang harus diucapkan oleh tokoh cerita.

b.      Kramagung adalah petunjuk, perilaku, tindakan,  atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh. Dalam naskah drama, kramagung biasanya ditulis dengan cetak miring dan berada di dalam tanda kurung.

c.       Mengucapkan dialog secara ekspresif sesuai jenis tokoh dan karakter yang diperankan.

3.      Melakukan gerak-gerik (gesture) anggota tubuh/pantomimik sesuai penghayatan perannya.

4.      Melakukan gerak mimik (roman) muka yang sesuai naskah drama.




0 Post a Comment:

Posting Komentar