Mengapresiasi Karya Melalui Resensi | Bahasa Indonesia Kelas XI | Kurikulum Penggerak

 

MENGAPRESIASI KARYA MELALUI RESENSI

 

Resensi bisa digunakan sebagai pertimbangan sebelum membeli atau membaca suatu karya. Secara etimologis, resensi berasal dari bahasa Belanda recensie atau bahasa Latin recenseo yang berarti ulasana tentang buku, film, drama, ataupun kaset. Resensi karya bisa diterapkan pada karya fiksi ataupun nonfiksi. Sebelum melakukan resensi karya, pastikan anda sudah membaca karya tersebut secara menyeluruh.



 

A.      Membandingkan Isi Berbagai Resensi untuk Menemukan Sistematika Sebuah Resensi

Isi resensi berupa informasi mengenai kualitas dari sebuah karya, terutama tentang keunggulan dan kekurangan sebuah karya. Dengan kata lain, resensi merupakan tulisan atau uraian mengenai sebuah karya, terutama buku, baik fiksi maupun nonfiksi atau bbuku ilmiah

 

Perhatikan contoh resensi berikut!

Resensi 1

Judul Buku

Pengarang

Penerbit

Tahun

Tebal Novel

: Memahami Film

: Himawan Prastita

: Homerian Pustaka

: 2008

: 223 halaman

 

Mayoritas orang masih berpikir membuat film adalah sesuatu yang mustahil dilaukan, padahal film bisa dibuat oleh siapa saja. Walaupun minat belajar tentang film sangat tinggi, kenyataannya dalam memahami film masih sangat terbatas. Pengetahuan orang tentang film sama sekali belum bisa mempengaruhi daya paham seseorang.

 

Ilmu tentang film sebagai buah karya seni hanya dijadkan mata kuliah semata, padahal seni ini kan hanya milik akademisi saja. Film adalah milik semua pecintanya, baik pelakon maupun penonton. Buku ini mencoba membantu semua penonton film memahami film sebagai sebuah karya seni.

 

Melalui buku ini, para pembaca bisa belajar tentang motif atas piliha teknis yang dipilih sutradara, baik dari sisi naratifnya maupun sistematiknya. Buku ini mudah dipahami saat dibaca karena dilengkapi dengan gambar-gambar penunjang sebagai peraga.

 

Buku ini juga memberikan contoh-contoh dari setiap unsur pembentuk film yang disertai referensi dan ilustrasi film. Contoh-contoh itulah yang memudahkan pembaca memahaminya. Selain itu, buku ini juga menjelaskan detail semua topik yang dibahas didalamnya sehingga pembaca mudah mengerti. Buku ini mampu membantu pembuat film baru yang masih dalam tahap pengenalan tentang alat dan proses produksi film. Secara keseluruhan, bahasa yang digunakan dalam buku ini cocok bagi pemula.

 

Berkat respons masyarakat yang antusias, buku ini laris dalam penjualan hingga susah untuk didapatkan. Salah satu tokoh buku ternama seperti Gramedia pun jarang menjualnya. Jika ingin membelinya harus melalui situs penjual buku.

 

Sumber : Dikutip dari https://www.romadecade.org/contoh-resensi-buk/#!

 

Resensi 2

Judul Buku

Pengarang

Penerbit

Tahun Terbit

Tebal Buku

: God, Do You Speak English?

: Jeff Kristianto, Nina Silvia, Rini Hanifa

: Rene Books

: 2013

: 384 halaman

 

Buku ini menceritakan para penulis dengan tempat-tempat yang mereka singgahi dalam perjalanan. Tiga penulis buku ini merupakan anggota sukarelawan internasional VSO (Voluntary Service Organization) Indonesia. Mereka datang dari berbagai latar belakang yang berbeda, kemudian disatukan dengan misi sosial yang sama.

 

Sebelum menjadi anggota VSO, setiap penulis telah memiliki pekerjaan masing-masing yang menjadi rutinitas sebelumnya. Jeff ditempatkan sebagai pendukung perajin di Tajikistan, bekas jajahan Uni Soviet. Nina ditempatkan sebagai pembantu di lembaga pendukung suku asli Bangladesh. Rini ditempatkan di Guyana, Amerika Latin , dia bekerja di LSM lokal di sana. Ketiganya harus hidup berinteraksi dengan penduduka lokal setempat setiap harinya untuk mencapai tujuan VSO.

 

Berdasarkan pengalaman itulah, cerita ini dibukukan. Buku ini tidak hanya sekadar cerita tak bernyawa. Buku ini merupakan hasil dari isah nyata ketiganya yang hidup di daerah baru dan pengalaman baru. Setiap penulis memiliki bagian ceritanya sendiri yang didapatkan dari pengalaman penemapatan mereka.

 

Buku ini sangat menarik untuk dibaca. Dari segi judul, penulis sudah membawa nama Tuhan “God” sehingga pasti tinggi nilainya. Cerita dari ketiga penulis sangat menginspirasi pembaca. Mereka membawa misi kemanusiaan dengan menjadi relawan VSO.

 

Ketika membaca buku ini, pembaca akan banyak menemukan istilah asing. Hal ini menjadikan pembaca awan kesulitan untuk memahami dan mencerna maksud yang dituliskan. Cerita yang ditulis oleh Nina Silvia sedikit bernarasi sehingga melelahkan mengikuti alur ceritanya. Memang alur cerita narasi sedikit membosankan karena terlalu panjang ujungnya.

 

Sumber : Dikutip dari https://www.romadecade.org/contoh-resensi-buku/#!

 

Resensi buku fiksi maupun nonfiksi harus ditulis dengan sistematika yang benar. Hal ini diperluan supaya resensi mempunyai alur yang jelas dan mudah dipahami pembaca. Pada umumnya, resensi mempunyai gaya penulisan yang berbeda-beda. Bentuk penyajian resensi buku sastra (puisi, cerpen, dan novel) sedikit berbeda dengan resensi buku pengetahuan umum (nonfiksi) dan film atau drama. Secara uum, sistematika penulis resensi sebagai berikut.

1.      Judul resensi

2.      Identitas buku yang diresensi

3.      Pendahuluan, memuat sosok pengarang, keunikan buku, penerbit buku, tema buku, dan lain-lain

4.      Bagian inti atau tubuh resensi, bisa berisi organisasi buku, ringkasan, ataupun perbandingan buku tersebut dengan buku sejenis.

5.      Keunggulan buku/karya

6.      Kelemahan buku/karya

7.      Penutup.

 

B.       Menyusun Sebuah Resensi dengan Memperhatikan Hasil Perbandingan Beberapa Teks Resensi

Pada dasarnya semua orang bisa membuat resensi, namun dengan kualitas yang berbeda-beda. Supaya mempunyai kemampuan menulis resensi yang baik, diperlukan latihan dan pemahaman mengenai resensi. Resensi tidak hanya mengulas buku, namun bisa juga mengulas film dan lagu. Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau sekadar mengubah buku yang sudah ada.

 

1.      Mengidentifikasi Identitas Buku yang Diresensi

Dalam membuat resensi harus mencantumkan identitas buku. Hal ini karena resensi merupakan kegiatan atas karya nyata. Unsur yang ditulis dalam bagian identitas buku, yaitu judul buku, nama pengarang, penerbit, tahun terbit, kota terbit, ukuran buku (opsional), dan jumlah halaman buku. Harga buku tidak perlu dicantumkan karena dapat berbeda-beda tergantung pada toko yang menjualnya. Supaya terlihat lebih menarik dan pembaca bisa menemukan buku tersebut dengan mudah, perlu juga mencantumkan sampul buku.

 

Berikut contoh identitas buky dalam sebuah resensi

Judul buku     : Dear Nathan

Pengarang      : Erisca Febrianti

Penerbit          : Best Media

Tahun             : Maret 2016

Tebal Novel    : 528 halaman

 

2.      Mengungkapkan Isi Informasi Buku yang Diresensi

Salah satu indikator sebuah karya yang dianggap baik adalah masyarakat mempunyai antusias tinggi tentang karya tersebut. Resensi berguna untuk mengetahui kualitas sebuah buku. Isi informasi sebuah buku pada umumnya dapat terjawab secara langsung setelah melalui pertanyaan-pertanyaan berikut.

a.       Siapa pengarang buku tersebut?

b.      Mengapa ia menulis buku tersebut?

c.       Apa pertanyaan penting dari penulis dalam buku tersebut?

d.      Bagaimana hubungan buku tersebut denga buku-buku sejenis karya pengarang yang sama?

e.       Apakah buku tersebut layak diapresiasi oleh masyarakat umum?

 

C.      Menganalisis Kebahasaan

Pada dasarnya masing-masing jenis teks mempunyai kebahasaan yang berbeda. Perbedaan ini disesuaikan dengan jenis, maksud, dan tujuan dari teks tersebut. Hal tersebut juga ditemukan dalam teks resensi, di mana kebahasaan yang digunakan mempunyai perbedaan dengan jens teks lainnya. Berikut unsur-unsur kebahasaan dalam teks resensi.

 

1.      Menggunakan Kata Kerja

Kata kerja sering disebut juga dengan verba. Kata kerja merupakan jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Suatu kata yang mempunyai makna melakukan sesuatu dan menjadi inti dalam frasa kerja disebut kata kerja. Kata kerja biasanya menunjukkan sesuatu perbuatan atau keadaan melakukan sesuatu, misalnya mencuci, menyapu, memotong, dan melukis. Kata kerja biasanya bisa dibedakan menjadi dua jenis, yakni kata kerja transitf dan intransitif.

 

a.      Kata Kerja Transitif

Kata kerja yang selalu diikuti objek disebut kata kerja transitif. Kata kerja transitif, misalnya mencuci, menjemur, menggunting, dan memasak. Dilihat dari segi bentuknya, kata kerja transitif dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.

 

b.      Kata Kerja Intransitif

Kata kerja yang memerlukan objek disebut kata kerja intransitif. Contohnya kata makan dalam kalimat Saya makan. Pada kalimat tersebut, kata makan yang berposisi sebagai predikat (P) dan idak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya karena kalimat itu sudah jelas.

 

2.      Menggunakan Kalimat Majemuk

Sering kali dalam resensi karya ditemukan kalimat majemuk. Kalimat yang mempunyai pola kalimat atau lebihh disebut kalimat majemuk. Kalimat majemuk terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat, yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, sementara konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat. Dalam penerapannya, ada perbedaan penggunaan kata penghubung  ketika membuat kalimat majemuk. Perbedaan kata hubung ini bisa digunakan sebagai penanda untuk menentukan jenis kalimat. Berikut beberapa jenis kalimat majemuk.

 

a.      Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah penggabungan dua kalimat atau lebih yang kedudukannya sejajar atau sederajat.

Contoh :

Kalimat 1 : Nenek menyapu halaman

Kalimat 2 : Kakek mengepel lantai

·         Nenek menyapu halaman dan Kakek mengepel lantai

·         Kakek mengepel lantai dan Nenek menyapu halaman

 

b.      Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan adalah gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat, atau objeknya sama, bagian yang sama hanya disebutkan sekali.

Kalimat 1 : Diki suka minum susu

Kalimat 2 : Diki suka minum kopi.

Kalimat 3 : Diki suka minum jus.

·         Diki suka minum susu, kopi, dan jus

 

c.       Kalimat Majemuk Bertingkat

Kaimat majemuk bertingkat adalah penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih yang kedudukannya berbeda. Dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat muncul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.

Kalimat 1             : Heru sedang pergi ke Surabaya

Kalimat 2 : Ayah tiba di rumah

·         Heru sedang pergi ke Surabaya ketika Ayah tiba di rumah.

·         Ketika Ayah tiba di rumah, Heru sedang pergi ke Surabaya

 

d.      Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat, sekurang-kurangnya terdiri atas tiga kalimat.

Kalimat 1 : Adik sedang makan di dapur

Kalimat 2 : Ibu sedang menonton televisi

Kalimat 3 : Ayah datang dari desa

·         Adik sedang makan di dapur dan Ibu sedang menonton televisi ketika Ayah datang dari desa.

 

3.      Menggunakan Konjungsi

Konjungsi merupakan kata hubung yang digunakan untuk menghubungkan kata dnegan kata atau kalimat dengan kalimat. Berikut beberapa variasi penggunaan konjungsi pada teks resensi.

a.       Konjungsi temporal, yaitu konjungsi yang berfugsi menjelaskan hubungan waktu antara dua hal atau peristiwa, misalnya sejak, ketika, selama, sesudah, dan sebelumnya.

b.      Konjungsi kausalitas, yaitu konjungsi yang menjelaskan bahwa suatu peristiwa terjadi karena suatu sebab tertentu. Bila anak kalimat ditandai dengan konjungsi sebab maka induk kalimat merupakan akibatnya. Kata hubung yang digunakan untuk menyatakan hubungan sebab, antara lain sebab, sebab itu, karena, dan karena itu.

c.       Konjungsi penegas, yaitu konjungsi yang berfungsi untuk menegaskan atau meringkas suatu bagian kalimat yang telah disebutkan sebelumnya. Kata huung yang termasuk konjungsi penegas, antara lain bahkan, apalagi, yakni, bahwa, yaitu, umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya.

 

4.      Menggunakan Kata yang Menyatakan Saran

Seorang penulis resensi selain memberikan penilaian karya, juga bisa memberikan saran. Saran ditujukan kepada pembaca, apakah karya tersebut mempunyai rekomendasi untuk dibaca atau tidak. Kalimat saran bisa diketahui dari penggunaan kata layak, harus, hendak, dan jangan. Perlu diingat, penulisan kalimat saran didasarkan atas penilaian secara subjektif terhadap suatu karya.

 

D.      Mengonstruksi Sebuah Resensi dari Buku Kumpulan Cerita atau Novel

Buku yang dijadikan bahan resensi bisa berupa buku fiksi maupun nonfiksi. Buku fiksi, seperti novel, kumpulan puisi, dan cerpen. Buku nonfiksi, seperti buku tutorial. Meresensi karya merupakan kegiatan mengulas, mempertimbangkan, mengkritik, dan menunjukkan kelebihan-kelebihan serta kekurangan-kekurangan karya dengan penuh tanggung jawab. Berbagai point tersebut dijelaskan dalam masing-masing bagian. Penilaian tersebut disajikan dalam tiap-tiap bagian struktur teks resensi.

 

Sebelum melakukan resensi, sebaiknya Anda mempelajari dan memahami mengenai resensi serta membaca buku secara keseluruhan. Apabila kedua hal tersebut tidak dilakukan maka Anda akan mengalami kesulitan ketika melakukan resensi. Isi dari resensi buku berhubungan dengan kelebihan dan kekurangan dari sebuah buku. Dalam hal ini, pembuat resensi harus menuliskan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Ketika menjelaskan kekurangan sebuah karya, gunakan bahasa yang baik dan sopan. Hal ini perlu dilakukan supaya pembuat karya tidak salah paham dan tersinggung. Setelah itu, dilakukan kegiatan resensi sesuai langkah-langkah berikut.

1.      Melakukan pengenalan terhadap buku yang akan diulas. Pengenalan buku dalam hal ini berkaitan dengan tema buku yang diulas, deskripsi isi buku, penerbit buku, waktu dan tempat diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman) buku, format, pengarang : meliputi nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis, hingga alasan ia menulis buku itu.

2.      Membaca dan memahami buku yang akan diulas secara komprehensif, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami secara tepat dan akurat.

3.      Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.

4.      Membuat sinopsis atau inti sari dari buku yang akan diresensi.

5.      Menentukan sikap dan menilai hal-hal berikut.

a.       Organisasi atau kerangka penulisan, meliputi hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain, sistematika, dan dinamikanya.

b.      Isi pernyataan, meliputi bobot ide, analisis, penyajian data, dan kreativitas pemikirannya; bahasa, meliputi ejaan yang disempurnakan diterapkan, kalimat dan penggunaan kata, terutama untuk buku ilmiah.

c.       Aspek teknis, meliputi tata letak, tata wajah, kerapian dan kebersihan, dan pencetakannya (banyak salah cetak atau tidak).

 



0 Post a Comment:

Posting Komentar