Menjadi Insan Peduli di Tengah Pandemi
Coronavirus disease 2019 atau yang lebih akrab disebut
Covid-19 bukanlah hal yang patut dianggap remeh, tapi juga bukan hal yang
membuat kita panik hingga paranoid akan hal tersebut. Pasalnya, pandemi ini
memang sudah merajalela hingga ke berbagai negara. Oleh karenanya, pemerintah
menetapkan agar segala pelaksanaan kegiatan yang bersifat mengumpulkan banyak
orang harus dihindarkan. Dalam hal ini, pemerintah mengajak semua masyarakat
Indonesia untuk memutus rantai penyebaran virus corona ini dengan tetap berada
di rumah. “Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari
rumah”, imbauan presiden disetiap pidatonya. Melalui imbauan tersebut,
pemerintah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk benar-benar tidak
mengindahkan himbauan tersebut, agar pandemi ini dapat segera berakhir.
Diawal kemunculannya banyak orang beranggapan bahwa virus itu hanya akan
menyerang orang-orang yang kaya saja. Pasalnya awal pandemi ini mencuat di
Indonesia, dibawa oleh para pelancong yang bepergian dari luar negeri. Berawal
dari hal inilah, maka banyak masyarakat Indonesia yang berada dari kalangan
menengah ke bawah menganggap remeh adanya pandemi tersebut. Begitu getol
pemerintah menganjurkan agar masyarakat dapat melaksanakan psycal distencing, tapi sayangnya masyarakat masih saja mengadakan
acara yang mengumpulkan banyak orang seperti hajatan pernikahan dan lain
sebagainya. Padahal tanpa kita sadari, kegiatan tersebut justru dapat
memperbesar persebaran virus berbahaya ini.
Memang adanya pembatasan ini akan menimbulkan dampak negatif dalam
kelangsungan hidup masyarakat. Hal ini pun juga tidak lepas dari perekonomian
yang semakin melemah. Banyak kalangan yang terdampak akibat covid 19 ini.
Beberapa masyarakat mengeluhkan adanya kesulitan dalam mencari kebutuhan pokok.
“Sehari-hari kerja aja kadang nggak cukup buat sehari-sehari, apalagi
sekarang kerja hanya dibatasi seminggu sekali. Terus mau cukup dari mana
kebutuhan sehari-harinya,” ungkap salah satu warga.
Berkaitan dengan hal tersebut, memang tidak dapat dipungkiri bahwa
keadaan seperti ini benar-benar masa paceklik
bagi masyarakat kecil. Tak ayal mereka pun harus pandai-pandai memutar otak
untuk kelangsungan hidup mereka. Di samping itu juga semakin merebakknya
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari berbagai perusahaan yang semakin mencekik
tingkat perekonomian mereka. Alhasil banyak terjadi tindak kriminal dari
berbagai hal, mulai dari hal yang paling kecil hingga kasus yang besar. Salah
satu contohnya, kasus pencurian bahan makanan. Hal ini terjadi karena kesulitan
mereka dalam mencari makan untuk sehari-hari.
Dari segi ekonomi memang sangat terlihat semakin mencekik. Tapi di sini
pemerintak tak pernah tinggal diam untuk membantu masyarakatnya. Pemerintah
tetap memikirkan bagaimana agar rakyatnya tetap dapat hidup layak, dalam artian
tidak sampai mengalami kelaparan yang hebat. Berbagai program pemerintah untuk
membantu masyarakat terdampak corona sudah disiapkan, diantaranya adanya
program kartu pra kerja, Bantuan Sosial Tunai (BST), dan lainnnya. Meskipun
pada kenyataannya bantuan tersebut terkadang tak tepat sasaran.
Selain dari segi ekonomi, sektor perdagangan, pariwisata, dan pendidikan
pun juga terhambat dalam pelaksanaannya. Dari sektor pendidikan, pemerintah
mengharuskan para peserta didik untuk belajar di rumah melalui pembelajaran
online. Padahal banyak dari siswa yang belum memiliki media belajar berbasis
internet, hal inilah yang sampai saat ini menjadi polemik. Selain itu,
terkadang pun juga terhalang oleh akses internet yang terganggu, entah itu
jaringannya yang lemot atau pun lokasi yang memang sulit untuk menjangkau
jaringan internet. Hal inilah yang terkadang menghambat jalannya pembelajaran
dalam jaringan (daring). Di samping banyaknya faktor negatif yang diterima,
tapi pandemik ini juga memberikan efek positif bagi masyarakat yakni terkait
kepedulian yang bisa membuka mata masyarakat atas kehidupan yang sekarang ini
dijalani.
Ditengah pageblug yang saat
ini sedang dihadapi bangsa Indonesia tak ada salahnya jika hati belajar terbuka
dengan rasa peduli. Banyak hal yang bisa dilakukan dari kata peduli.
Dimulai dari rasa peduli akan kebersihan diri dapat membantu pemerintah
dan sesama dalam memutus rantai penyebaran virus corona. Cara yang mudah dan
tidak membutuhkan banyak waktu, hanya dengan rajin mencuci tangan saja dapat
menghempaskan virus-virus jahat yang menempel. Pembiasaan mencuci tangan ini
sebenarnya sudah selalu digencarkan, tapi terkadang lupa akan pentingnya budaya
cuci tangan. Biasanya bagi para kaum milenial ataupun masyarakat yang selalu
disibukkan dengan kegiatan sehari-hari diluar rumah, sering kali tidak ada
kesempatan atau tempat untuk sesering mungkin mencuci tangan, sehingga merasa cuek
untuk tidak mencuci tangan. Padahal yang dianggap sepele ini justru memicu
mudahnya terjangkit penyakit yang disebabkan oleh virus.
Selain itu, dengan peduli akan kebersihan lingkungan pun juga dapat
menjadi akses untuk mencegah penularan Covid-19. Hal ini pun juga sebenarnya
mudah untuk dilakukan dan tidak membebani orang lain. Hanya saja memang harus
meluangkan sedikit waktu untuk melakukannya. Dengan adanya peraturan pemerintah
untuk tetap di rumah saja, maka secara otomatis akan lebih intens untuk menerapkan
hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini bisa dilakukan sambil
berolahraga untuk tetap menjaga stamina dan kesehatan tubuh.
Berawal dari diri sendiri yang akan memberikan pengaruh baik kepada
orang lain. Dari sini kita sudah membantu untuk mengajak teman, saudara, dan
orang lain untuk tetap menjaga kebersihan di sekitar.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan kegiatan yang dinamakan
“Jogo Tonggo” atau Jaga Tetangga,
artinya kita diharuskan untuk saling menjaga dan mengingatkan saudara-saudara
kita mulai yang terdekat yakni tetangga dari mulai untuk giat menerapkan
protokol kesehatan hingga membantu tetangga yang sedang menjalani isolasi
mandiri akibat dinyatakan positif Covid-19.
Program ini sangat efesien untuk diterapkan di Indonesia khususnya di
Jawa Tengah. Indonesia yang masih menganut asas gotong royong sangatlah
bersemangat untuk saling membantu antar sesama yang dimulai dari saudara terdekat.
Program jogo tonggo ini terbukti ampuh untuk menekan angka
penurunan covid di Jawa Tengah akhi-akhir ini, ditambah lagi dengan program
pemerintah pusat yaitu PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).
Memang sungguh ironi untuk menghadapi wabah ini, negara manapun di
belahan dunia ini belum ada yang siap untuk menghadapinya termasuk Indonesia.
Kita tidak pantas menyalahkan pemerintah saja, wabah ini adalah masalah
bersama, seluruh manusia yang hidup di dunia. Mungkin Tuhan sedang menguji hamba-Nya
untuk saling peduli satu sama lain.
Sebelum datangnya wabah ini manusia telah sibukkan dengan aktivitas
masing-masing. Bahkan bertemu dengan anggota keluarga saja kita hampir tidak
pernah apalagi makan bersama di satu meja makan, namun dengan adanya wabah ini
kita malah dipaksa untuk selalu berada di rumah setiap hari berkumpul bersama
anggota keluarga.
Seiring datangnya wabah ini pula kita dituntut untuk belajar untuk saling peduli kepada sesama terutama yang lebih membutuhkan. Banyak pelajaran dan nilai-nilai yang dipetik dari ujian yang dikirimkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa ini bernama Coronavirus disease 2019 (Covid-19). Semoga setelah manusia sadar akan nilai-nilai positif yang bisa kita petik dari ujian ini, Tuhan segera mencabut wabah ini dan kita bisa beraktifitas secara normal ditambah lagi untuk terus menerapkan saling peduli antar sesama dan mengambil hikmah kebaikan di tengah pandemi.
0 Post a Comment:
Posting Komentar