SANG PETANI VISIONER
Oleh : Achmad Hambali
Imran adalah seorang remaja yang
mempunyai tekad kuat untuk memperbaiki hidup menjadi lebih baik. Meskipun ia
hanya tamatan sekolah menengah atas, tapi pola pikir dan idenya selalu bikin
orang lain merasa tak percaya bahwa ia mampu melakukan hal yang mustahil
dilakukan oleh seorang professional sekalipun. Keseharian Imran hanya membantu
orangtuanya di sawah karena orangtuanya tak mampu membiayai Imran untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih baik seperti teman-teman sebayanya. Meskipun
begitu ia tak pernah merasa kurang percaya diri jika bertemu dengan teman
sebaya yang bernasib lebih baik darinya dari segi hal pendidikan. Ia masih
berkeinginan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan menjadi seorang
sarjana pertanian seperti apa yang ia impikan salama ini. Disela-sela
kesibukannya menggarap sawah orangtuanya, ia gemar membaca buku-buku pertanian
dan mencari informasi di warnet yang hanya bermodalkan uang tiga ribu rupiah
selama kurang lebih satu jam.
Tak ada yang istimewa dari sosok
Imran dimata orang lain, ia hanya pemuda desa biasa yang rajin ke sawah untuk
membantu orangtuanya pada siang hari dan malam harinya dihabiskan untuk
menuntut ilmu agama di pesantren dekat rumahnya. Banyak juga yang merasa iba
dan kasihan kepadanya, tak selayaknya pemuda seusianya menghabiskan waktu di
desa dan menggarap sawah, padahal teman sebayanya telah banyak yang pergi merantau
ke kota besar untuk mencari nafkah dan ada pula yang sekolah di kota besar
untuk mengejar cita-cita. Sungguh ironi memang dizaman sekarang masih ada
pemuda yang mau bekerja di sawah, padahal lapangan kerja di kota besar lebih
menjanjikan dibandingkan dengan bekerja di sawah yang keuntunggannya tidak
seberapa dan hanya untuk bertahan hidup.
****
Ayam jantan berkokok bersahutan
menyambut sang mentari terbangun dari tidurnya, embun pagi menetes dari
dedaunan dan membahasi bumi memberikan secercah harapan bagi insan yang
bersyukur atas karunia yang telah Tuhan berikan. Helaan nafas menjadi nikmat yang terkira bagi hamba yang
tawakal dan selalu percaya pada kekuasaan Tuhan.
Udara pagi menyejukkan hati untuk
terus mengingat betapa nikmat yang telah diberikan Sang Pencipta kepada insan
yang bertaqwa. Segelas teh hangat dan ubi rebus menjadi teman setia untuk
mensyukuri nikmat Tuhan, sembari bermimpi menjadi seorang yang bisa menjadikan
diri lebih berarti. Ketika lamunan ternyata hanyalah angan yang masih jauh
terbang di awan. Tak jadi persolan jika mimpi hanya sekadar halusinasi, karena
sebuah keberhasilan berawal dari mimpi dan ditopang tekad kuat dalam diri.
“Sedang berkhayal apa kamu cah
bagus?” tanya Ayah muncul tiba-tiba sambil membawa segelas kopi hitam
menghampiri Imran yang sedang asyik melamun.
“Ah Ayah bikin kaget saja, Imran
hanya sedang menikmati hidup yang sementara ini”. Jawab Imran dengan senyum
tipis.
“Jangan tinggi-tinggi kalau
bermimpi, jika jatuh nanti sakit”. Ujar Ayah menggoda Imran.
“Justru itu yah, kita harus bermimpi
setinggi-tingginya. Jika jatuh pasti akan jatuh diantara bintang-bintang.”
Timpal Imran tak mau kalah.
“Ah kamu ini bisa aja, Oh iya!
Jangan lupa nanti kamu ambil pupuk di KUD. Panen kita tahun ini kurang begitu
bagus, banyak hama yang menyerang, petani tahun ini akan rugi besar. Pemerintah
pun belum menemukan solusi tepat untuk memecahkan masalah ini. Kalau begini
terus modal kita tidak kan kembali dan musim depan tidak bisa menggarap sawah
kita lagi”. Keluh Sang Ayah.
“Sabar yah, semuanya pasti ada jalan
keluarnya. Kita hanya bisa berusaha semaksimal mungkin, selebihnya kita
serahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa. Saya yakin Tuhan tidak akan menguji
hambanya diluar batas kemampuannya.” Jawab Imran.
***
Waktu terus berjalan tanpa
meninggalkan jejak, detik demi detik berlalu tanpa kita sadari. Rasa penasaran
Imran terus menggebu untuk mencari jalan keluar apa yang dikeluhkan petani
termasuk ayahnya. Bermodal membaca dan mempelajari beberapa artikel yang
didapat dari berselancar di dunia maya, ia terus mencoba dan terus mencoba
untuk memperbaiki keterpurukan tanpa menyerah pada keadaan. Tidak seperti
Imran, sikap pesimisme justru nampak dari orang-orang sekitar yang masih
meragukan apa yang Imran lakukan. Hinaan dan cacian sering kali ia dapatkan
secara tidak langsung. Cibiran demi cibiran pun kerap kali didengar mulai dari
ibu-ibu penggila selfie hingga bapak-bapak yang suka nonggkrong di
warung kopi.
“Le…. Ibu tadi mendengar ibu-ibu
yang belanja sayur membicarakan tentang usahamu yang ingin mencoba mengurangi
hama padi.” Ujar Ibu Imran.
“Bapak juga mendengar bapak-bapak yang
biasa nongkrong di warung kopi juga ngomongin kamu, katanya kamu itu sok tahu,
usahamu akan sia-sia. Sarjana pertanian lulusan terbaik saja belum bisa
memecahkan masalah yang dialami petani di desa kita.” Tambah Ayah
“Tidak apa-apa bu, biarkan saja mereka
berbicara sesuka mereka. Cuma bicara juga tidak melanggar hukum kan? Imran
hanya berusaha apa yang Imran bisa, apa yang Imran pelajari. Semoga usaha ini
berhasil dan bisa menyelematkan tanaman padi kita yang diserang hama.” Jawab
Imran.
“Kalau Ayah sih selalu mendukung
usahamu nak, apa yang kamu kerjakan ayah selalu percaya dan yakin bahwa kamu
melakukan hal yang terbaik”. Tutur Ayah sambil memegang pundak Imran memberikan
semangat dan dukungan.
“Terima kasih Yah… Dorongan
semangat, do’a dan restu dari Ayah dan Ibu akan menjadi cambuk bagi Imran untuk
terus bekerja dan berusaha lebih keras lagi.” Jawab Imran sembari tersenyum.
***
Nyanyian angin mengiringi langkah
kaki menuju kearah pengharapan, dedaunan kering berjatuhan menyambut masa depan
cerah yang beberapa centimeter dari jarak pandang mata. Semangat dan tekad
menjadi senjata paling sakti yang tak tertandingi untuk menebas rintangan yang
menghambat perjalanan menuju titik akhir sebuah pengharapan. Motivasi dan doa
menjadi tameng paling kokoh untuk membendung semua terpaan badai yang mencoba
menggoyahkan tegaknya niat suci. Cacian dan hinaan seakan menjadi sahabat yang
tak perlu lagi untuk ditakuti. Keyakinan akan sebuah keberhasilan akan terus
digenggam erat sampai berhasil menuju titik akhir dalam sebuah perjalanan.
Setiba di sawah, Imran memulai
aktivitasnya seperti biasa dan mencoba apa yang telah ia pelajari selama ini.
Seperti biasanya Imran pun bertemu sesama petani yang bernasib sama tapi
berbeda semangat.
“Apakah caramu ini akan berhasi
Imran?” tanya petani
“Insya Allah Pak, saya hanya
mengaplikasikan apa yang telah saya pelajari selama ini.” Jawab Imran.
“Emang kamu belajar dari mana?
Sarjana pertanian yang dikirim pemerintah saja belum berhasil menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi petani di desa kita ini. Apalagi kamu yang cuma
modal baca buku dan internet saja, kalau cuma begitu anak saya yang masih SD
pun bisa.” Sahut petani ketus.
“Jika Allah berkehendak pasti semua
persoalan yang kita hadapi akan menemukan solusinya, saya hanya bisa melalukan
apa yang saya tahu saja, untuk masalah berhasil atau tidak kita serahkan kepada
yang diatas. Tentunya kita tidak harus menunggu bantuan orang lain atau
pemerintah yang tak tahu kapan realisasinya bukan? Pemerintah pasti juga tidak
hanya mengurusi petani di desa kita ini saja, kalau kita bisa kenapa kita harus
menggantungkan nasib kepada orang lain?” balas Imran dengan senyum tipis
menghiasi bibirnya.
“Saya ini menjadi petani jauh
sebelum kamu dilahirkan, saya tahu apa yang perlu saya lakukan. Akan tetapi
semua itu terserah kamu sajalah, saya yakin pasti kamu tidak akan berhasil.”
Timpal petani sewot.
“Terima kasih pak atas semuanya.
Musim panen tinggal beberapa minggu lagi, jika kita masih menunggu uluran
bantuan dari orang lain, padi kita akan habis dimakan hama sebelum masa panen
tiba. Jadi mulai dari sekaranglah kita harus bekerja lebih keras untuk
mengantisipasi kemungkinan terburuk yang akan menimpa tanaman padi kita.” Balas
Imran dengan dibumbui senyum manis seperti biasanya.
Masalah yang satu belum selesai
muncul lagi masalah lainnya. Mulai dari hama wereng, hama tikus, kini muncul
lagi jenis hama lainnya yang membuat padi menjadi putih dan jumlah
produktivitas menurun. Bukan hanya itu saja, hama tikus semakin menjadi-jadi
yang semakin membuat situasi lebih parah dan memporak-porandakan tanamannya.
Keluh kesah merupakan hal yang wajar ditunjukkan oleh Imran, proses menjadi
manusia yang lebih baik memang tidak semudah yang kita bayangkan. Kopi menjadi minuman
yang sangat nikmat dan disukai banyak orang karena prosesnya yang sangat
menyakitkan. Mulai dari proses pemetikan, pemanggangan yang sangat panas, dan
proses penumbukan hingga jadilah bubuk kopi yang mempunyai aroma yang sangat
menggoda dan disukai oleh penikmatnya. Itulah sedikit gambaran perjuangan Imran
yang harus dilalui. Ia pun tak lupa akan hal itu dan ia pun menyadari bahwa
semakin tinggi pohon maka semakin kencang pula angin akan menerjangnya.
***
Hari demi hari berlalu tanpa
meninggalkan jejak, usaha demi usaha terus dilakukan untuk mencapai tujuan dari
sebuah pengharapan. Rencana yang telah disusun dengan rapi tentunya tak
berjalan semudah yang kita harapkan, akan tetapi ini tentang bagaimana kita
menghadapi semuanya dengan bijak dan penuh dengan keyakinan. Usaha yang
diiringi dengan doa tak kan bisa dikalahkan semudah itu, bangkit dari
keterpurukan merupakan langkah awal untuk menegakkan kepala menatap masa depan
yang sejengkal didepan mata.
Usaha Imran untuk mencapai tujuannya
tentunya banyak sekali halangan dan rintangan, ditambah dengan tekanan batin
yang sering ia rasakan dari masyarakat sekitar yang masih meragukan kemampuan
pemuda desa yang mempunyai cita dan angan yang terlampau tinggi ini.
Musim panen kali ini Imran mungkin bisa
dikatakan gagal untuk membuktikan dirinya bisa melakukan apa yang disangsikan
orang lain selama ini. Akan tetapi mau apa dikata lagi, nasib baik dan
keberuntungan belum memihak kepadanya. Inilah yang dinamakan dinamika kehidupan
terkadang apa yang kita minta belum tentu itu yang kita terima. Imran masih
percaya dan yakin bahwa Tuhan belum memberi apa ia minta karena Tuhan tahu apa
yang ia minta belum tentu ia butuhkan.
Musim panen kali ini nasib mujur
sedikit berpihak kepadanya, dibandingkan dengan petani lainnya, hasil panen
Imran dihargai lebih tinggi dari padi petani lain, itu artinya Imran masih
mempunyai modal untuk menatap musim tanam berikutnya. Kali ini ia benar-benar
akan lebih giat lagi belajar dan bekerja. Ia akan menjadi manusia yang lebih
siap untuk menghadapi segala halangan yang menutupi jalannya untuk mewujudkan
segala impian dan cita-cita. Banyak petani yang tidak memulai musim tanam
karena kekurangan modal atau karena masih enggan untuk menanam padi karena
diprediksi hama akan masih menyerang. Mereka akan memulai musim tanam jika
solusi untuk memecahkan masalah sudah ditemukan.
“Kegagalan ini harus bisa jadikan
sebagai cambuk buatku untuk belajar dan bekerja lebih keras lagi, saya harus
buktikan kepada orang-orang yang memandang rendah aku.” Gumamnya.
***
Musim panen berikutnya tidak terlalu
buruk dibandingkan dengan musim panen sebelumnya. Hama mulai berkurang berkat
penemuan Imran yang bisa mengurangi hama. Imran bekerja dengan dengan sangat
tekun, bahkan bisa dikatakan kalau ia bekerja sangat luar biasa. Mulai musim
tanam hingga hampir mendekati musim panen Imran dengan tekun merawat
padi-padinya dengan kasih sayang seperti ia merawat istri dan anaknya saja.
Bahkan tak sedikit pula yang menjulukinya pemuda penunggu padi, karena mulai
dari pagi hingga pagi lagi ia tak pernah meninggalkan padinya. Sampai ia pun
tak ada waktu untuk bermain atau merajut asmara layaknya pemuda masa puber
seperti teman-teman sebayanya. Itu semua demi mewujudkan cita-cita yang selama
ini ia impikan dan sekaligus sebagai pembuktian atas perkataan negatif yang selama
ini ia dengar. Ia membuktikan kepada semua bahwa belajar tidak harus dibangku
sekolahan, asalkan kita mau dan mempunyai tekad kuat serta niat sungguh-sungguh
apapun dengan mudah dapat diwujudkan.
Padi sudah mulai merunduk dan
menguning, itu tandanya musim panen akan segera tiba. Hasil kerja keras selama
ini telah menampakkan hasil yang positif. Kuantitas padi sawah Imran lebih
bagus dibandingkan dengan petani-petani lain disekitarnya yang kuantitas dan
kualitasnya menurun karena diserang hama. Sebuah prestasi yang tak bisa
dipandang sebelah mata, sebuah kerja keras yang tak bisa dinilai dengan apapun,
keberhasilan yang sepatutnya ia raih dari jerih payahnya selama ini. Pembuktian
bahwa sebuah proses tak akan menyalahi hasil.
Pujian demi pujian kini didapatkan
pemuda desa ini, penghargaan demi penghargaan silih berganti menghampirinya.
Ilmu yang telah ia pelajari selama ini pun menjadi berkah bagi dirinya dan
masyarakat disekitar pada umumnya dan bagi para petani pada khususnya. Ia pun
tak segan untuk berbagi pengetahuan yang ia pelajari selama ini kepada siapapun
yang membutuhkannya demi kemajuan petani Indonesia.
Imran pun tak lekas berpuas diri
dengan apa yang ia sudah dapatkan selama ini, masih banyak pekerjaan yang perlu
ia selesaikan. Kendala dan persoalan yang dialami petani di Indonesia yang
mempunyai iklim tropis tak cukup hanya satu jenis saja, melainkan banyak sekali
masalah-masalah yang harus dipecahkan secepatnya agar petani Indonesia menjadi
lumbung padi dan menjadi kiblat pertanian di dunia. Kebutuhan beras dalam
negeri belum bisa mencukupi jutaan penduduk Indonesia. Selama ini bangsa
Indonesia masih saja mengimpor beras dari luar negeri, hal itu sangat jelas
merugikan para petani Indonesia. Oleh karena itu persoalan semacam ini perlu
dicarikan solusi secepatnya, disinilah peran pemuda yang mempunyai jiwa
visioner seperti Imran sangat dibutuhkan.
Selain berkeliling dari kampung ke
kampung untuk memberikan penyuluhan, Imran pun mencoba untuk menciptakan sebuah
penemuan yang bisa membantu petani untuk lebih bisa meningkatkan kuantitas dan
kualitas hasil panen mereka. Imran pun bekerja sama dengan pemerintah setempat
untuk memperluas jaringan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk berbagi ilmu kepada sesama yang membutuhkan.
Imran bukan tipe pemuda yang puas
hanya dengan satu prestasi saja, ia terus belajar untuk menemukan hal-hal baru
lagi yang bisa dimanfaatkan dan membantu petani. Bukan hanya di bidang
pertanian, Imran pun mulai mempelajari bidang perkebunan dan menciptakan
varietas unggulan dan unik lainnya untuk dikembangkan dan dikenalkan pada dunia
bahwa petani Indonesia juga mampu bersaing dengan negara maju dalam bidang agrobisnis.
Satu persatu penemuan Imran diakui
khalayak untuk memudahkan petani meningkatkan hasil panen mereka. Jenis-jenis
padi varietas unggulan pun kini mulai dikembangkan Imran, ia paham betul
bagaimana cara membaca peluang pasar yang masih terbuka lebar. Padi organik
merupakan salah satu produk unggulan yang Imran kembangkan, padi organik yang
Imran kembangkan kini mulai dilirik oleh masyarakat menengah keatas. Imran pun
menggandeng temannya untuk membantu mempromosikan hasil kerja kerasnya melalui
dunia maya dan hasilnya produk Imran pun diminati hingga ke luar negeri. Saking
banyaknya permintaan mulai dari dalam negeri hingga ekspor ke luar negeri,
Imran pun harus menambah hasil produksi padi organiknya. Harga padi organik
yang sangat fantastis dibandingkan jenis padi lain membuat pundi-pundi rupiah
Imran pun kian bertambah.
Kini imran pun menjadi petani
tersukses di desanya, bahkan mungkin petani tersukses di Indonesia yang hanya
berbekal ijazah SMA dan tekad yang kuat untuk maju. Tawaran untuk mengisi
seminar dari dalam negeri bahkan luar negeri pun berdatangan silih berganti.
Meskipun demikian, Imran masih tetap saja seorang pemuda desa biasa yang
berbakti kepada orangtua dan patuh terhadap agamanya. Ia pun masih menapakkan
kakinya di bumi, karena ia menyadari bahwa apa yang ia miliki sekarang ini
hanyalah titipan Sang Illahi Rabbi.
*****
0 Post a Comment:
Posting Komentar