FUNGSI DAN NILAI LIRIK LAGU NEA DALAM SASTRA LISAN KOLANA KABUPATEN ALOR
Achmad Hambali,S.Pd.,Gr.
SMP Negeri Pumi, Kec. Alor
Timur Laut, Kab. Alor, NTT
Abstrak
Penelitian ini difokuskan pada fungsi dan nilai lirik lagu Nea
dalam sastra lisan Kolana Kabupaten Alor. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan fungsi dan nilai sebuah lagu. Ada beberapa konsep dan teori
yang digunakan dalam penelitian ini, mereka adalah teori budaya, teori cerita
rakyat, teori fungsi sastra, dan teori nilai sastra. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan
naturalistik. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari informan di lapangan.
Pengumpulan data dengan menggunakan observasi langsung, rekaman, wawancara, dan
membuat catatan (menulis catatan). Analisis data menggunakan analisis
interaktif dengan tiga tahapan analisis, yaitu reduksi data, penyajian data,
dan inferensi. Lirik lagu Nea yang dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian
ini adalah lirik lagu Nea yang diperoleh dari empat informan berbeda.
Masing-masing Informan yang diteliti adalah pengguna aktif lagu Nea di kampung
suku Kolana kecamatan Alor Timur Kabupaten Alor. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa fungsi lirik lagu Nea meliputi (1) fungsi informasi, (2) fungsi edukatif,
dan (3) fungsi hiburan. Sedangkan nilai-nilai yang terkandung dalam lirik lagu Nea
meliputi (1) nilai-nilai moral, (2) nilai-nilai filosofis, dan (3) nilai
estetika.
Kata kunci: Fungsi, Nilai
dan Lirik Lagu Nea
A.
PENDAHULUAN
Indonesia
adalah bangsa yang majemuk. Bangsa yang mempunyai keanekaragaman budaya yang
tersebar di setiap daerah. Bahasa, hukum, adat-istiadat, kesenian, serta
berbagai bentuk corak identitas sebagai khazana kekayaan bangsa. Kebudayaan
yang tumbuh di Indonesia merupakan hasil kegiatan dan penciptaan akal budi
manusia yang meliputi kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Kebudayaan
tersebut digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif. Karena
dalam kebudayaan terdapat gagasan dan keinginan yang mengandung nilai-nilai
kemanusiaan. Nilai tersebut diwujudkan dalam hasil karya manusia untuk
digunakan sebagai pedoman bagi tingkah laku manusia sehingga manusia dengan
sadar menanggapi lingkungannya.
Folklor
Folklor,
menurut Bauman (dalam Kuta Ratna, 2011 : 102) adalah folklor diadopsi dari
bahasa Jerman (volkskunde), pertama kali digunakan tahun 1846 oleh
William Jhon Thoms. Meskipun demikian dalam perkembangan berikut secara
etimologis leksikal, folklor (folklore) dianggap berasal dari bahasa
inggris, dari akar kata folk (rakyat, bangsa, kolektivitas tertentu) dan
lore (adat istiadat, kebiasaaan). Jadi, lore adalah keseluruhan
aktifitas, dalam hubungan ini aktivitas kelisanan dari folk.
Hal lain yang
dikemukakan oleh Danandjaja (2007 : 5) bahwa penggunaan istilah tradisi lisan
untuk mengganti istilah folklor kurang tepat, istilah tradisi lisan mempunyai
arti yang terlalu sempit sedangkan folklor lebih luas. Tradisi lisan mencakup
cerita rakyat, teka-teki , peribahasa, dan nyanyian rakyat, sedangkan folklor
mencakup lebih dari itu seperti tarian rakyat dan arsitektur rakyat.
Kata Ratna,
(2011 : 104-105) menyatakan bahwa folklor lisan dalam hubungan ini disamakan
dengan sastra lisan, sedangkan folklor setengah lisan dan non lisan termasuk tradisi,
lisan, maka tradisi lisan merupakan wilayah kajian antropologi dan kajian
budaya (cultural studies) sedangkan sastra lisan merupakan wilayah
kajian sastra dan linguistik.
Karya Sastra
Dengan demikian
Kuta Ratna (2007 : 269-270) membedakan karya sastra menjadi dua macam, yaitu
sastra lama (klasik) dan satra baru (modern). Sastra lama juga
disebut sastra daerah (regional), menggunakan bahasa (daerah), tersebar
diseluruh Nusantara. Sebaliknya sastra modern juga disebut sastra Indonesia (nasional),
menggunakan bahasa Indonesia penyebarannya pada umumnya terbatas di
kota-kota besar. Sebagai objek kajian, kedudukan sastra lama dan sastra modern
sama, relevensinya tergantung dari sudut pandang dan kepentingan suatu
penelitian. Sastra lama yang dimaksudkan disini merupakan bagian dari aspek
kebudayaan daerah diistilahkan sebagai sastra lisan.
Dalam hal ini,
Djamaris (2002 : 4-5) mengemukakan bahwa sastra lisan adalah tradisi yang
disampaikan dari mulut ke mulut. Cerita dilafalkan oleh tukang cerita, kemudian
dilagukan dan didendangkan oleh tukang cerita kepada pendengarnya. Untuk itu,
sastra lisan dapat difungsikan sebagai media untuk hiburan dan mendidik manusia
kearah yang lebih baik.
Sastra lisan
memberikan konsep nilai sebagai alat perantaran sosial untuk dipatuhi secara
kolektif. Dalam hal ini sastra lisan yang dimaksud adalah nyanyian rakyat.
Menurut Jan Harold Brunvand (Danandjaja, 2007 : 141), nyanyian rakyat adalah
salah satu genre atau bentuk folklor yang terdiri dari kata-kata dan
lagu, yang beredar secara lisan diantara kolektif tertentu, berbentuk
tradisional, serta banyak mempunyai varian yang keberadaannya sebagai bagian
dari bentuk tradisi lisan di Indonesia.
Varian nyanyian
rakyat yang dimaksud salah satu diantaranya adalah nyanyian. Lagu Nea masyarakat
Kolana – Alor yang digunakan sebagai nasihat kepada anak, sehingga anak bisa
lebih menghargai dan menghormati pengorbanan seorang ibu.
B.
METODE
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Kuta Retna
(2012 : 46-47) mengemukakan bahwa dalam metode kualitatif memberikan perhatian
terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya dan
sesuai dengan namanya, metode kualitatif mempertahankan hakikat nilai-nilai.
Penelitian juga menggunakan pendekatan naturalistic, yang berusaha
mengungkapkan fenomena sebagaimana adanya (Endraswara, 2009 : 85). Penelitian
sastra lisan akan melibatkan pengarang, lingkungan sosial dimana pengarang
berada, termasuk unsur-unsur kebudayaan pada umumnya. Kemudian penelitian
tersebut lebih mengutamakan nilai dan fungsi pada syair lagu Nea untuk
dideskripsikan secara teliti dan analisisnya tanpa disertai perhitungan
statistik.
Jenis dan
sumber data penelitian ini berupa syair lisan yang dinyanyikan dan diperoleh
dari informan melalui hasil rekaman. Data dalam penelitian ini berasal dari
data lisan selanjutnya disusun dan ditranskripsikan dalam bentuk kata dan
kalimat secara tertulis.
Teknik
pengumpulan data yang dilakukan peneliti, terdiri dalam beberapa bagian yang meliputi
teknik, (1) observasi, (2) wawancara, (3) perekaman, (4) pencatatan.
Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis teks dan analisis model
interaktif (interactive model of analysis) yang dikembangkan Miles dan
Humberman, (1992 : 16) bahwa analisis model interaktif ini meliputi tiga
komponen penting yang selalu bergerak, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi. Untuk
lebih jelasnya, analisis model interaktif dijelaskan sebagai berikut :
1.
Data
lisan lagu Nea yang diperoleh dari catatan-catatan tertulis, hasil wawancara
dan observasi di lapangan, akan dikumpulkan kemudian dilakukan transfer data
dengan memindahkan data lisan lagu Nea dalam bentuk tulisan.
2.
Semua
data teks lagu Nea masih dalam bahasa aslinya (bahasa Kolana) yang telah
dikelompokkan langsung diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
3.
Analisis
yang dilakukan berupa kata-kata atau kalimat dalam syair Nea yang difokuskan
pada fungsi dan nilainya.
4.
Hasil
analisis fungsi dan nilai yang ditemukan didalam teks lagu Nea digolongkan
dengan membentuk rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis.
5.
Penyajian
data teks lagu Nea diorganisasikan berdasarkan fungsi dan nilai yang disusun
secara berurutan untuk dijadikan landasan sebagai kesimpulan akhir.
C.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Fungsi
Lagu Nea
Nea (Mama)
a1. Nea e susu oba Sole
gawari (Mama betapa susah hidupmu ini)
Ameng tapolo (di tempat
kering berlumpur)
Dukung arukung (itu rumah mu)
So mi amuru (aku merantau
mencari ilmu)
a2. Nea sikolo nawari kana (Mama kau
berjalan diatas bukit berduri)
Nepa so jadirinamu (Ayah
ku telah tiada)
O Nea … Aida oba
tapim anasu (O Mama… betapa
malang hidupmu ini)
a3. A serla muku salara dumu (mama berlari diatas
bukit berduri)
So mi amuru (aku
merantau mencari ilmu)
ilu aroko wong
tamudu (mama lewati lembah yang dalam)
Aida amidi (seorang diri)
Asoi amidi Asoi
asiri (seorang
diri disuruh kesana – sini)
Aida wo Gasola kana (bagai seorang hampa)
a4. O Nea.. Aida oba
tapimianasu.. (O mama sungguh sayang hidup sendiri)
O Nea.. aida oba taimianasu (O mama sungguh sayang hidup sendiri)
Pembahasan
Fungsi
Lagu Nea
Fungsi informasi
Berdasarkan segi fungsi sangat berkaitan dengan liriknya sebagai
karya sastra yang dimanfaatkan seorang anak untuk media informasi. Menurut informan Joy Erlin Laure, sebagai
tokoh pelaku saat dilakukan wawancara bahwa, syair lagu Nea ini dinyanyikan
ketika seorang anak merindukan orangtua khususnya seorang ibu. Lirik yang
menunjukkan fungsi informasi dalam syair lagu Nea berikut :
Lirik
(a.1)
Nea e susu oba Sole gawari : (Mama betapa susah hidupmu ini)
Ameng tapolo :
(di tempat kering berlumpur)
Dukung arukung : (itu
rumah mu)
So mi amuru : (aku
merantau mencari ilmu)
Lirik lagu Nea ini difungsikan sebagai informasi kepada anak
tentang pengakuan bahwa ibunya hidup penuh dengan kesusahan, hidup dibawah
penderitaan sedangkan sang anak pergi merantau untuk mencari ilmu demi
menggapai cita-citanya. Hal ini perlu dicontoh sebagai motivasi bahwa seorang
yang hidup dibawah penderitaan tetapi masih semangat mencari ilmu meskipun
kondisi orang tua di kampung halaman penuh dengan penderitaan.
Fungsi Edukatif
Lirik lagu Nea ini mengemban nilai edukatif, karena digunakan
sebagai media untuk menyampaikan pesan, nasihat, doa, pendidikan, dan
ajaran-ajaran tentang nilai-nilai kebenaran, etika dan perilaku untuk ditiru
seorang anak. Lirik lagu Nea yang mengemban fungsi edukatif pada lagu Nea yang
dinyanyikan informan Joy Erlin Laure dapat dilihat dalam lirik berikut :
Lirik
(a.1)
Nea e susu oba Sole gawari : (Mama betapa susah hidupmu ini)
Ameng tapolo :
(di tempat kering berlumpur)
Dukung arukung : (itu
rumah mu)
So mi amuru : (aku
merantau mencari ilmu)
Lirik lagu Nea ini mengemban fungsi edukatif, yaitu dengan kondisi
orang tua yang hidup dengan penuh perjuangan dan penderitaan, kita harus tetap
semangat dalam mencari ilmu untuk mewujudkan cita-cita untuk menjadi yang lebih
baik. Semangat untuk menuntut ilmu inilah yang bisa dipetik nilai edukatifnya
agar kita yang hidup lebih baik harus lebih giat dalam mencari ilmu untuk
mewujudkan mimpi. Kewajiban menuntut ilmu selaras dengan sabda Rasulullah SAW
dalam sebuah Hadist yang di riwayatkan oleh Imam Turmudzi, yang artinya sebagai
berikut : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya
memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib
baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya
memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)
Fungsi hiburan
Fungsi keindahan merupakan sifat kekhasan dari karya sastra itu
sendiri. Artinya menggunakan karya sastra untuk menghibur dalam nyanyian
kerinduan. Fungsi estetis yang diemban oleh lirik ini diberi nuansa bunyi yang
efonis seperti dalam bait larik puisi yang bersajak ab, ab, dari lirik yang
membentuk susunan kata-kata dalam kekuatan statistik atau gaya bahasa yang
digunakan penyair seperti halnya disajikan dibawah ini :
A serla muku salara dumu
So mi amuru
ilu aroko wong tamudu
Aida amidi
Asoi amidi Asoi asiri
Aida wo Gasola kana
Persamaan lirik syair seperti bentuk perulangan dalam sajak,
kesannya untuk mempengaruhi perasaan pendengar, sehingga gaya bahasa dan
keindahannya yang digunakan semata hiasan, fungsinya menyiratkan makna yang
telah dicari dan ditemukan dibalik lirik bahasa yang terungkap.
Nilai
Lagu Nea (Mama)
Nilai yang dimaksud adalah konsep-konsep mengenai apa yang dianggap
masyarakat bernilai, berharga, dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi
sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada warga masyarakat.
Data yang ditemukan dari informan, disusun dan diterjemahkan berdasarkan nilai
dalam liriknya. Nilai yang ditemukan dalam lirik lagu Nea sastra lisan Kolana Kabupaten
Alor dapat dilihat dalam syair sebagai berikut :
Nilai moral
Nilai moral merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang
harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan
hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, bermanfaat, dan
individu. Nilai itu tercermin dalam nilai-nilai perilaku dan etika yang diemban
oleh syair dibawah ini:
Lirik a2. Nea sikolo nawari kana
Nepa so jadirinamu
O Nea … Aida oba tapim anasu
Lirik a3. A serla
muku salara dumu
So mi amuru
ilu
aroko wong tamudu
Aida
amidi
Asoi
amidi Asoi asiri
Aida
wo Gasola kana
Syair tersebut menekankan kepada kita bahwa kita harus terus gigih
dalam mencari ilmu, karena orang tua kita khususnya ibu kita yang telah
ditinggal oleh suaminya rela membanting tulang dan mengarungi bukit berduri
untuk membiayai kehidupan kita untuk mencari ilmu guna mewujudkan
cita-cita. Kita sebagai anak harusnya
bisa mengambil hikmah dalam syair ini, karena dibalik kesuksesan kita terdapat
orang tua yang rela mengorbankan dirinya demi kita agar menjadi manusia yang
lebih baik.
Nilai filosofis
Nilai filosofis adalah nilai yang mempresentasikan pandangan hidup
atau kebijaksanaan hidup masyarakat Kolana untuk mengendalikan dan mengarahkan
manusia dalam bersikap, berperilaku atau perbuatan kearah yang lebih baik.
Dalam syair lagu Nea ditemukan nilai filosofis yang dengan penggalan lirik
syair sebagai berikut :
a2. Nea sikolo
nawari kana
Nepa so jadirinamu
O Nea … Aida oba tapim
anasu
a3. A serla muku salara dumu
So mi amuru
ilu aroko wong
tamudu
Aida amidi
Asoi amidi Asoi
asiri
Aida wo Gasola kana
Makna yang tersirat dari penggalan syair ini, merupakan wujud dari
pengorbanan seorang ibu untuk mewujudkan mimpi anaknya yang sedang merantau
mencari ilmu. Ada pepatah mengatakan kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak
sepanjang galah, artinya pengorbanan seorang ibu tak bisa ada ujungnya.
Pengorbanan seorang ibu kepada anaknya tak bisa dinilai dengan apapun dan sampai
kapanpun. Meskipun hidup sendiri dalam derita dan perjuangan, tidak ada
sedikitpun rasa untuk penyesalan yang terlukis diwajahnya, dengan semangat yang
terus ditunjukkan tanpa mengenal rasa lelah demi mewujudkan mimpi sang anak
yang sedang merantau menimba ilmu di negeri orang.
Nilai estetis
Estetis dalam pandangan ini, terfokus pada bahasa yang diciptakan
oleh penembang syair lisan, sehingga dapat memberikan efek estetis membentuk
bunyi efonis dalam nyanyian dengan demikian orang yang mendengar merasa tersentuh
hatinya, namun fungsi utamanya adalah mengamankan sistem nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Jadi nilai estetis pada lirik lagu Nea ini lebih
mengutamakan nilai keindahan yang mengandung dimensi nilai moral, filosofis,
religius, dan sosial bukan hanya terpatok pada nilai yang menyenangkan dan
memberi kepuasan pada perasaan sekalipun nilai itu sendiri dapat pula
menimbulkan kenikmatan estetis dan statisnya. Dengan demikian seorang tokoh
pelantun lagu Nea memanfaatkan sarana bahasa untuk mencapai efek maksimal
terhadap orang yang hendak dinyanyikannya, agar lebih mudah dalam menanamkan
nilai-nilai pada generasi penerusnya. Nilai estetis dapat ditemukan dalam
penggalan lirik syair Nea sebagai berikut:
a1. Nea e susu oba Sole
gawari
Ameng tapolo
Dukung arukung
So mi amuru
Lirik ini mengandalkan statistika yang nampak pada kata so mi
amuru yang mengandung makna aku merantau mencari ilmu yang bermakna bahwa
kita harus terus belajar mencari ilmu walau dengan kondisi apapun. Maksud yang
diinginkan adalah memberikan motivasi kepada semua orang bahwa meskipun dalam
kondisi terpuruk kita harus tetap mencari ilmu meskipun hidup di tanah rantau
a2. Nea sikolo nawari kana
Nepa so jadirinamu
O Nea … Aida oba
tapim anasu
a3. A serla muku salara dumu
So mi amuru
ilu aroko wong
tamudu
Aida amidi
Asoi amidi Asoi
asiri
Aida wo Gasola kana
Syair tersebut menghasilkan bentukan kata dan makna yang dalam.
Dari segi unsur keindahan bahasa tersebut terlihat pada perulangan bunyi yang
terlihat pada pengulangan bunyi yang ditimbulkan dari rima. Syair ini
menggunakan pola bunyi yang dominan di depan dan di tengah dengan bunyi (u) “A
serla muku salara dumu, So mi amuru, ilu
aroko wong tamudu“ sedangkan rima (a a), yaitu di setiap akhir larik syair
ini diakhiri dengan bunyi (a), (u), (i) “Nea sikolo nawari kana, Nepa so
jadirinamu, O Nea … Aida oba tapim anasu, Aida amidi, Asoi amidi Asoi asiri, Aida wo
Gasola kana” sehingga menimbulkan suasana bunyi yang merdu dan indah.
Keindahan syair yang digunakan dalam lagu Nea ini terdiri dari
lirik-lirik yang indah dan mengandung nilai sastra yang luhur serta dalam akan
kandungan makna. Kemajemukan kata dan bahasa yang disusun secara indah yang
dinyanyikan menimbulkan kepuasan dan hiburan bagi yang mendengarkan.
D.
SIMPULAN
Fungsi dan
nilai lagu Nea dalam sastra lisan Kolana – Alor yaitu :
1.
Berfungsi
informasi kepada orang yang meliputi (a) informasi akan pentingya
mencari ilmu meskipun dalam kondisi apapun. (b) informasi adanya kehidupan
sosial, (c) informasi tentang kasih sayang ibu kepada anaknya.
2.
Berfungsi
edukatif kepada anak, yang terdiri dari (a) penanaman rasa cinta dan
kasih sayang kepada seorang ibu yang hidup penuh pengorbanan agar anaknya bisa
terus menuntut ilmu untuk meraih mimpi. (b). penanaman ajaran-ajaran tentang
nilai ketuhanan. (c). penanaman ajaran-ajaran nilai moral dan etika.
3.
Berfungsi
hiburan meliputi kekuatan estetis dan stilistis bunyi bahasa dalam syair
Nea yang dinyanyikan dapat memberi dimensi magis yang mengakibatkan anak bisa
lebih menghormati dan menghargai pengorbanan seorang ibu.
Nilai –nilai
pada lagu Nea dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Nilai
moral dalam lagu Nea yang ditemukan meliputi (a) pengamalan kewajiban
menuntut ilmu, (b) pengamalan nilai kewajiban untuk menghargai dan menghormati
ibu.
2.
Nilai
filosofis lagu Nea menggambarkan (a) sikap seorang ibu sebagai manusia
yang mandiri harus menentukan pegangan hidup untuk bertahan hidup dan mencari
nafkah dengan penuh penderitaan demi anak agar bisa menuntut ilmu di
perantauan. (b) sikap seorang anak yang harus bisa menghormati pengorbanan
seorang ibu yang hidup penuh dengan kesusahan akan tetapi terus berjuang demi
anaknya.
3.
Nilai
estetis yang ditemukan berupa nilai yang menggambarkan keindahan dalam
segi bentuk yaitu, gaya bahasa dan persamaan rima yang berakhiran a-b-a-b
membentuk estetis pada stilistis awalan kata, tengah, dan akhiran sehingga
menimbulkan efonis yang berirama harmonis. Kata-kata ini dibentuk dalam lirik
syair yang jika dinyanyikan akan menimbulkan kekuatan magis bagi yang mendengar
sehingga membuat orang lebih menghargai dan menghormati perjuangan seoarang
manusia bernama ibu.
E.
DAFTAR
PUSTAKA
Danandjaja, James. 2007. Folklor Indonesia. Jakarta :
Grafiti.
Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta
: Yayasan Obor Indonesia.
Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Folklor. Media
Presindo FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Miles, Matthew dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Tjejep Rohendi Rohidi (penerjemah). Jakarta : UI Pres.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Sastra dan Cultural Studies.
Respresentasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
____________________.2011. Antropologi Sastra, Peranan
Unsur-unsur Kebudayaan dalam Proses Kreatif. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
____________________. 2012. Teori, Metode dan Teknik Penilaian
Sastra. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
0 Post a Comment:
Posting Komentar